Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perlancar Akses, Kemenhub Atur Kedatangan Kapal di Tanjung Priok

Pihaknya tengah mengupayakan dapat terbentuknya skema alur yang lancar dalam aktivitas ekspor dan impor melalui Pelabuhan Tanjung Priok.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan menyesuaikan waktu kedatangan kapal ekspor dan impor dengan kosongnya jalur darat menuju Pelabuhan Tanjung Priok untuk menghindari kemacetan.

Direktur Kepelabuhanan Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub Subagio mengatakan saat ini pihaknya tengah mengupayakan dapat terbentuknya skema alur yang lancar dalam aktivitas ekspor dan impor melalui Pelabuhan Tanjung Priok.

Dia bercerita waktu bongkar muat yang berbenturan dengan jam sibuk di jalan tol akses pelabuhan membuat aktivitas arus barang terhambat. Oleh karenanya, pelabuhan disiapkan dapat beroperasi 24 jam.

"Kalau kebiasaan pengguna jalan Jakarta setelah jam 22.00 agak sepi, jadi diupayakan pelabuhan bisa kerja 24 jam, di sesi-sesi agak longgar tersebut dilakukan mobiliasi. Di drypot dulu di Jababeka lalu baru trafik agak longgar dibawa ke Tanjung Priok, itu dari sisi manajemen pergerakan," jelasnya kepada Bisnis.com, Senin (17/2/2020).

Pihaknya menyebut tujuan utamanya agar arus kontainer dari hinterland menuju pelabuhan maupun sebaliknya dapat berlangsung lancar (seamless). Kemenhub terus memantau pergerakan kontainer di sisi laut sebelum masuk ke pelabuhan terbesar di Indonesia tersebut.

Dengan demikian, dia akan membentuk skema yang mengatur agar pergerakan kontainer dari laut dapat menyesuaikan mobilisasi dari sisi darat.

Subagio mengakui terdapat banyak masalah dalam mengurangi biaya logistik. Contohnya, penggunaan port crane yang belum dilakukan di seluruh pelabuhan, padahal di negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura penggunaannya wajib.

"Itu lebih efektif waktunya, di beberapa terminal multipurpose-nya masih pakai crane dari kapal, ini dapat berpengaruh ke keseluruhan, masalah lagi ke tenaga kerja bongkar muatnya," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper