Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BPS: Dampak Virus Corona ke Neraca Dagang Mulai Terasa Februari 2020

BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar US$870 juta pada Januari 2020.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA--Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto memperkirakan dampak penyebaran virus Corona (Covid-19) terhadap kinerja neraca perdagangan baru terasa pada Februari 2020.

Jika mengacu pada kronologis, BPS mencatat kasus virus Corona pertama ditemukan di Wuhan pada 31 Desember 2019. Setelah itu, penyebaran virus Corona dilakukan pada 3-5 Januari 2020. Pada 20 Januari, beberapa negara melakukan pemeriksaan suhu badan dan 21 Januari mulai jatuh korban.

"Saya rasa, kita perlu mewaspadai efek virus Corona terhadap kinerja perekonomian khususnya ekspor-impor setelah libur Imlek. Dampaknya mungkin akan terlihat pada data Februari 2020. Kita semua perlu waspada," ungkap Suhariyanto saat konferensi pers di Gedung BPS, Senin (17/2/2020).

Dia memaparkan World Health Organization (WHO) menetapkan situasi darurat virus Corona pada 31 Januari 2020. Menurutnya, kewaspaan terkait virus Covid-19 mulai terjadi setelah libur Hari Raya Imlek yang jatuh pada 25 Januari 2020.

Sementara itu, BPS tidak menghitung secara detail angka atau realisasi ekspor dan  impor per minggu. Data terbaru, BPS mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar US$870 juta pada Januari 2020.

Defisit tersebut disebabkan posisi neraca ekspor sebesar US$13,41 miliar, lebih rendah dari neraca impor yang mencapai US$14,28 miliar.

BPS mencatat ekspor nonmigas per Januari 2020 mencapai US$12,61 miliar atau turun 5,33 persen dibandingkan Desember 2019. Jika mengacu pada periode yang sama tahun lalu, ekspor januari 2020 turun sebesar 0,69 persen (yoy).

Penurunan ekspor nonmigas Januari 2020 terhadap Desember 2019 terjadi pada komoditas lemak dan minyak hewani/nabati sebesat US$703,2 juta (34,08 persen). Di sisi lain, terjadi peningkatan pesat pada komoditas logam mulia dan perhiasan/permata sebesar US$219 juta (57,84 persen).

BPS melaporkan ekspor nonmigas hasil industri pengolahan Januari 2020 naik 3,16 persen dibanding bulan yang sama tahun 2019, demikian juga ekspor hasil pertanian naik 4,54 persen, sementara ekspor hasil tambang dan lainnya turun 19,15 persen.

Ekspor nonmigas Januari 2020 terbesar adalah ke China yaitu US$2,10 miliar, disusul Amerika Serikat US$1,62 miliar dan Jepang US$1,12 miliar, dengan kontribusi ketiganya mencapai 38,41 persen. Sementara ekspor ke Uni Eropa (28 negara) sebesar US$1,18 miliar.

Menurut provinsi asal barang, ekspor Indonesia terbesar pada Januari 2020 berasal dari Jawa Barat dengan nilai US$2,34 miliar (17,47 persen), diikuti Jawa Timur US$1,58 miliar (11,76 persen) dan Kalimantan Timur US$1,26 miliar (9,38 persen).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper