Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Industri Olahan Membaik, Namun Dampaknya Terbatas

Kinerja ekspor manufaktur yang mengalami kenaikan secara tahunan pada Januari 2020, dinilai belum berdampak signifikan terhadap kinerja dagang RI. Beban impor migas yang masih cukup besar, membuat neraca dagang RI masih mencatatkan defisit.
Sejumlah truk mengantre muatan peti kemas di Terminal Teluk Lamong, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (13/2/2020). ANTARA FOTO/Didik Suhartono
Sejumlah truk mengantre muatan peti kemas di Terminal Teluk Lamong, Surabaya, Jawa Timur, Kamis (13/2/2020). ANTARA FOTO/Didik Suhartono

Bisnis.com, JAKARTA — Adanya peningkatan ekspor industri pengolahan pada Januari 2020 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019, dinilai belum memberi stimulus bagi performa perdagangan Indonesia.

BPS melaporkan ekspor industri pengolahan pada Januari 2020 tumbuh 3,16 persen secara tahunan menjadi US$10,52 miliar. Kendati demikian, jika dibandingkan capaian pada Desember 2019, ekspor industri pengolahan terkoreksi 3,13 persen.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, hal itu terjadi lantaran impor sektor migas Indonesia pada awal tahun cenderung masih tinggi. Sekadar informasi, impor migas pada Januari 2020 mengalami kenaikan 19,95 persen secara tahunan dari US$1,66 miliar menjadi US$1,99 miliar.

"Level pertumbuhan ini tidak akan bisa diandalkan untuk menutupi defisit perdagangan akibat impor migas nasional kita sangat besar. Hampir US$2 miliar dengan defisit mencapai US$1,1 miliar di Januari 2020," katanya, Senin (17/2/2020).

Guna menekan defisit, Shinta berpendapat Indonesia perlu meningkatkan produktivitas ekspor di sektor manufaktur dan pengolahan dengan langkah yang lebih signifikan. Peningkatan tersebut disebutnya harus lebih keras dibandingkan hanya melalui perbaikan permintaan pasar global yang sifatnua sementara, fluktuatif, dan lambat.

"Perlu peningkatan produktivitas dan efisiensi produksi pada produk ekspor yang sudah ada agar lebih bersaing di pasar luar negeri meskipun demand pasar global cenderung stagnan pertumbuhannya," kata dia.

Selain itu, Shinta pun menyatakan Indonesia perlu meningkatkan diversifikasi produk ekspor. Dengan demikian, jenis produk yang diekspor pun dapat lebih banyak.

Untuk memuluskan upaya tersebut, dia pun menyatakan perlunya stimulus domestik yang kuat dan konsisten dari segi kebijakan, birokrasi, dan teknis pelaksanaan perdagangan dan investasi di lapangan.

"Tanpa stimulus yang kuat, peningkatan kinerja ekspor nonmigas, khususnya di industri pengolahan, tidak akan terjadi atau peningkatannya akan amat sangat lama terjadi untuk bisa menutupi defisit migas," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper