Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah diharapkan lebih fokus dalam menjaga kesehatan warganya dari penyebaran virus Corona alih-alih memikirkan kerugian maskapai selama periode larangan terbang dari dan ke China.
Pemerhati penerbangan Alvin Lie mengatakan pengguna jasa penerbangan utama di Indonesia didominasi oleh rute domestik dan penumpang domestik. Setidaknya 60 persen pengguna angkutan udara adalah pegawai negeri sipil, BUMN, dan TNI/Polri, selebihnya untuk kepentingan bisnis dan pribadi.
"Porsi kue penerbangan untuk wisatawan internasional hanya 10 persen. Jadi, pembatalan penerbangan untuk rute dari dan ke China tidak memberikan dampak kerugian signifikan bagi maskapai nasional," kata Alvin, Selasa (4/2/2020).
Dia menambahkan langkah mayoritas maskapai nasional membatalkan penerbangan ke China tidak berdampak kerugian besar. Meskipun pada umumnya menggunakan pesawat sewa, tetapi mayoritas pendapatan maskapai nasional berasal dari rute domestik.
Menurutnya, maskapai harus menerima kondisi tersebut sebagai kenyataan yang tidak bisa dihindari. Mereka bisa mengoptimalkan rute penerbangan yang sudah ada dan jangan berharap dari rute-rute baru.
Baca Juga
Pihaknya berpendapat langkah antisipasi seperti pembukaan dan perizinan rute baru atau menambah rute domestik tak bisa serta merta dilakukan, karena membutuhkan waktu dan upaya pemasaran. Belum lagi kerja sama rute yang memerlukan kesepakatan antar negara.
Adapun, karakteristik pasar internasional juga berbeda dengan pasar domestik. Sementara dari sisi penumpang juga tidak bisa langsung menyesuaikan rencana perjalanan yang sudah dirancang jauh-jauh hari.
"Kita harus memperhatikan kemanan kesehatan keselamatan WNI, nggak memikirkan duit–duit saja,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan alasan pemerintah dalam menunda jadwal penerbangan dari dan menuju China mengacu pada koordinasi antar kementerian berkaitan dengan virus Corona.