Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Marak Investasi Rumah Bodong Berlabel Syariah, Wapres Ma'ruf : REI Harus Aktif Berikan Edukasi

Pemerintah meminta anggota Real Estat Indonesia (REI) aktif memberikan informasi dan edukasi ke tengah masyarakat ciri-ciri pengembang bodong berkedok syariah.
Perumahan sederhana./Antara-Raisan Al-Farisi
Perumahan sederhana./Antara-Raisan Al-Farisi

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah meminta anggota Real Estat Indonesia (REI) aktif memberikan informasi dan edukasi ke tengah masyarakat ciri-ciri pengembang bodong berkedok syariah.

Wakil Presiden Ma’ruf Amin menuturkan saat ini timbul iming-iming rumah murah dengan kedok syariah di tengah masyarakat. Akan tetapi sejumlah pihak menggunakan label agama ini sebagai kedok penipuan.

“Saya mohon REI supaya aktif memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat investasi perumahan bodong bahkan [bodong berlabel] syariah,” kata Ma’ruf di Kantor Wakil Presiden Jakarta, Senin (6/1/2020). 

Menurut Ma’ruf informasi mengenai pengembang terpercaya perlu dilakukan sehingga tidak ada lagi masyarakat yang tertipu. Apalagi rumah merupakan kebutuhan mendasar.

“Rumah itu selain menjadi tempat berteduh juga tempat pembangunan ekonomi, juga membangun perilaku-perilaku kemasyarakatan yang baik,” katanya.

Di sisi lain, Ma’ruf menyebutkan pemerintah terus berupaya mendorong industri perumahan tumbuh. Saat ini dalam draf aturan omnibus law, perumahan menjadi salah satu klaster yang difokuskan penyederhanaan.

Sejumlah izin yang menjadi penghambat penyediaan perumahan bagi masyarakat akan disederhanakan melalui aturan ini.

“Pemerintah sedang menggodok omnibus law, ada sekitar lebih dari 70 bahkan 80 peraturan yang dimasukan dalam omnibus law yang terdiri dari bebagai klaster, termasuk tentu masalah perumahan,” katanya. 

Menurut Ma’ruf yang juga Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) nonaktif itu, kebutuhan rumah terus meningkat di Indonesia. Ledakan bonus demografi akan dinikmati negeri ini dengan puncaknya pada 2030 mendatang.

“Fenomena bonus demografi ini banyak yang perlu rumah, jumlahnya cukup besar. Data Badan Pusat Statistik pada 2015 presentase keluarga yang memiliki rumah sebesar 82,63%, sementara pada tahun 2018 turun menjadi 80,02%, artinya yang memerlukan [rumah] tambah. Hal ini menunjukkan angka peningkatan pembangunan perumahan masih kalah dengan angka peningkatkan jumlah keluarga,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper