Bisnis.com, JAKARTA - General Electric (GE) Indonesia menargetkan pertumbuhan bisnis di atas 10% pada 2020, setelah pada tahun ini melambat.
Untuk merealisasikan target tersebut, GE Indonesia bakal meningkatkan layanan jasa dengan tetap berfokus pada sejumlah lini bisnis utama.
Handry Satriago, CEO GE Indonesia, mengatakan pada tahun ini kinerja bisnis perusahaan multinasional ini terbilang melambat sejalan dengan kondisi perekonomian global dan nasional. Salah satu faktor yang memengaruhi adalah penundaan realisasi sejumlah proyek di Indonesia.
Kondisi berbeda, katanya, akan terjadi pada 2020 dengan potensi bisnis yang lebih tinggi. Potensi pertumbuhan bisnis itu dinilai akan semakin signifikan pada 2021.
"Kami berharap tumbuh double digit [pada 2020] dan booming-nya pada 2021. Tahun depan kami perkirakan lebih dari 10%," ujarnya, Rabu (27/11/2019).
Handry menjelaskan GE secara global masih berfokus pada empat bisnis besar, yakni aviation, healthcare, power dan renewable energy. Selain itu, pihaknya terus mengembangkan lini digital dan additive manufacturing yang dominan dengan bisnis 3D printing.
Pada 2020, jelasnya, GE Indonesia akan lebih spesifik menyasar layanan jasa. Langkah itu dinilai berbeda dari beberapa tahun terakhir yang lebih dipusatkan pada pengembangan infrastruktur.
"2020 pembangunan infrastruktur tidak semasif tahun-tahun sebelumnya, sedangkan bisnis kami lebih banyak di infrastruktur. Jadi, kami akan lebih menyasar bidang-bidang services," ujarnya.
Handry mengatakan masih ada banyak peluang yang belum digali dari layanan jasa. Dia mencontohkan saat ini pembangkit listrik lama umumnya sudah tidak efisien.
Dengan layanan jasa reparasi, GE Indonesia menawarkan teknologi terbaru yang meningkatkan efisiensi pembangkit listrik.
"Kemudian juga ada penggunaan CPO untuk mesin pembangkit yang akan jauh lebih murah dari pembangkit yang menggunakan solar. Kami punya teknologinya dan itu kami dorong ke depan."