Bisnis.com, DUMAI — Sabar. Itulah kata yang cukup untuk menggambarkan perjalanan darat dari Pekanbaru ke Duri melalui jalan nasional. Di jalan lintas yang dulu dikenal "jalan minyak" itu, kemacetan bisa terjadi kapan saja tanpa diduga.
Tim Jelajah Infrastruktur Sumatra 2019 melalui jalan ini dua kali, yaitu pada Jumat (22/11/2019) saat menuju Minas dan Sabtu (23/11/2019) kala menuju Dumai. Pada Jumat, kendaraan angkutan barang yang didominasi truk minyak mengular sekira 2 kilometer karena ada satu truk mengalami pecah ban.
Para jagoan penyalip tidak akan berkutik bila melintas di jalan lintas Sumatra menuju Duri. Lebar jalan hanya 7 meter dengan tiap-tiap bahu jalan selebar 2 meter.
Jalan selebar itu langsung sesak bila dua kendaraan melintas dari arah berlawanan.
Sementara itu, bahu jalan yang biasanya digunakan untuk menyalip tak melulu beraspal.
Baca Juga
Pemandangan itulah yang terjadi pada Jumat. Kendaraan harus mengantre dan tak bisa sembarang mengambil lajur berlawanan untuk menyalip.
Selain jalan sempit, jalur lintas Sumatra menuju Duri juga rawan kecelakaan. Lebar jalan yang sempit dan kontur jalan bergelombang acap kali membuat pengemudi harus berhati-hati.
Dalam pantauan Tim Jelajah, ada empat truk yang berhenti karena diterpa masalah dan satu truk teronggok sehabis mengalami kecelakaan. Jumlah itu hanya terpantau dari Rumbai hingga Simpang Perawang sejauh 26 kilometer.
Bayangan kemacetan panjang yang terjadi kemarin ternyata tidak terjadi pada Sabtu (23/11/2019). Tim Jelajah menempuh waktu sekitar 3 jam menuju Duri. Permukaan jalan di lintasan itu memang terbilang mulus walau sering dilalui kendaraan berat.
Di jalan yang dibangun oleh PT Chevron Pacific Indonesia (sebelumnya Caltex Pacific Oil Indonesia), waktu operasional angkutan barang tidak dibatasi sebagaimana terjadi di Jabodetabek.
Dengan kata lain, jika melintas di jalan ini kapan pun akan melihat truk berlalu lalang. Oleh karena itu, kemacetan akibat insiden satu kendaraan bisa terjadi kapan saja.