Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Indonesia menyatakan melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional disebabkan oleh banyak hal. Adapun, asosiasi meramalkan pertumbuhan perekonomian nasional pada tahun depan akan kembali melambat.
Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Shinta W. Kamdani mengatakan pihaknya realistis bahwa perekonomian nasinal pada tahun ini maksimal tumbuh sekitar 5,1 persen atau lebih rendah dari realisasi tahun lalu sbeesar 5,17 persen.
Menurutnya, perlambatan tersebut secara garis besar didorong oleh perang dagang dan defisit neraca berjalan.
“Kalau bisa dipaksa ya [untuk tumbuh sesuai target awal tahun], tapi saya tidak melihat ada sesuatu yang signifikan [sampai akhir tahun]. Kami sedang mencoba [meningkatkan pertumbuah ekonomi dengan perjanjian dangan dengan] Amerika Serikat. Kalau bisa [tumbuh] di atas 5 persen [pada akhir tahun sudah bagus],” katanya kepada Bisnis.com, Selasa (5/11/2019).
Dari dalam negeri, Shinta menyatakan pertumbuhan ekonomi pada sekto riil sedang tertahan. Alhasil, banyak pertumbuhan indikator perekonomian yang juga tertahan salah satunya pertumbuan sektor manufaktur.
Shinta menyampaikan pemerintah perlu lebih banyak lagi menarik investasi ke dalam negeri. Pasalnya, investasi tersebut akan menggerakan sektor manufaktur yang pada akhirnya akan menjaga daya beli masyarakat akibat pertumbuhan penyerapan tenaga kerja.
Baca Juga
Menurutnya, pemangkasan regulasi tekait penanaman invetasi menjadi kunci agar perekonomian dalam negeri dapat tetap tumbuh.
Shinta menilai investasi diperlukan agar konsumsi masyarakat tidak tergantung pada belanja pemerintah. “Jadi pada keadaan seperti ini kita harus bisa menarik investasi.”
Dia menolak disebut sebagai seorang pesimis karena meramalkan pertumbuhan yang lebih rendah pada akhir tahun ini. Menrutnya, proyeksi tersebut merupakan hal yang realistis agar bisa mengantisipasi gejolak perekonomian yang diramalkan akan lebih buruk dibandingkan tahun ini.
Walau demikian, Shinta percaya perekonomian nasional saat ini lebih elastis dalam menghadapi resesi. Menurutnya, dampak yang dihasilakn resesi tahun depan tidak akan seburuk resesi pada 2008. “Jadi, Indonesia ini jangan sampai terpengaruh banyak oleh keadaan [resesi],” katanya.