Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah akan memanfaatkan Indonesia-Korea Selatan Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) sebagai salah satu jalur untuk menarik investasi yang besar dari Negeri Ginseng.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) telah menyelesaikan proses perundingan dan menyepakati substansi perundingan pakta kerja sama IK-CEPA.
Hal itu, menurutnya, selain mendongkrak nilai perdagangan Indonesia dengan Korsel, pakta kerja sama ekonomi komprehensif tersebut diharapkan dapat menjadi daya tarik bagi Korea Selatan untuk berinvestasi di Indonesia.
“Begitu banyak komitmen investasi yang masuk setelah perundingan IK-CEPA ini diaktifkan kembali Februari lalu. Maka dari itu, kalau boleh kami katakan, kami akan lebih dorong IK-CEPA ini sebagai jembatan untuk menarik investasi yang lebih besar dari Korsel,” jelasnya usai menandatangani kesepakatan penyelesaian substansial IK-CEPA, Rabu (16/10/2019).
Dia melanjutkan, setidaknya telah terdapat tiga perusahaan besar asal Korsel yang berkomitmen berinvestasinya di Indonesia setelah perundingan IK-CEPA dilanjutkan kembali.
Perusahaan itu a.l. Lotte Chemical, Hyundai Motor dan Pohang Iron Steel Company (Posco). Selain itu pemerintah juga sedang berusaha menarik minat LG Corporation dan Samsung untuk ikut berinvestasi di Indonesia.
Menteri Enggartiasto mengatakan Indonesia secara tidak langsung mendapatkan momentum yang positif ketika melanjutkan perundingan IK CEPA. Pasalnya, sejumlah perusahaan asal Korsel sedang mencari peluang untuk merelokasi pabriknya ke negara lain pascameningkatnya eskalasi politik dengan Jepang.
“Kami tidak berharap ada negara mitra kami yang berkonflik. Namun, ketika ada dua negara berkonflik dan membuat perusahaan-perusahaan mereka ingin merelokasi pabriknya, boleh dong kita memanfaatkanya,” jelasnya.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Iman Pambagyo menambahkan, dengan adanya IK CEPA, Hyundai telah menyatakan minatnya untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu sentra produsen mobilnya. Menurutnya, Hyundai menjanjikan bakal menjadikan Indonesia sebagai hub untuk mengekspor mobil listrik ke negara-negara lain.
“Kebetulan Indonesia punya pakta kerja sama Indonesia-Australia CEPA, di mana di dalamnya ada kesepakatan ekspor mobil listrik Indonesia ke Australia dibebaskan dari bea masuk. Poin ini menjadi daya tarik tersendiri bagi Hyundai,” katanya.
Di sisi lain, menurutnya sejumlah perusahaan energi Korsel juga berminat membangun industri prodsen bahan bakar hidrogen. Hal itu ditindak lanjuti oleh Hyundai yang turut berencana membangun mobil bertenaga hidrogen yang produksinya dipusatkan di Indonesia.
Adapun, terkait dengan kerja sama di sektor perdagangan dia menyebutkan bahwa Indonesia akan mendapatkan manfaat berupa penurunan tarif ekspor untuk produk bir, perikanan, teh, kopi, kelapa sawit dan produk pertanian lainnya. Sementara itu, Korsel akan mendapatkan penurunan tarif untuk mengekspor produk berteknologi tinggi seperti artificial intelligent (AI).
“Ketika kita buka jalur investasi dan kerja sama dagang melalui IK-CEPA ini, secara otomatis pada tahun-tahun pertama perjanjian ini dilakukan, impor kita dari Korsel naik. Namun kenaikan impor ini kami pastikan berupa barang modal dan bahan baku penolong, sebagai dampak adanya investasi baru di negara kita,” katanya.
Akan tetapi dia menjamin bahwa setelah investasi tersebut membuahkan hasil berupa meningkatnya aktivitas produksi di Indonesia, maka ekspor Indonesia bisa terdongkrak.
Terpisah, Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi Korsel Yoo Myung Hee mengatakan IK-CEPA akan menjadi solusi bagi kedua negara untuk menghindari tekanan dari pelambatan ekonomi global dan tren proteksionisme dunia. Dia pun menargetkan, dari kerja sama dagang ini nilai perdagangan kedua negara dapat mencapai US$20 miliar pada 2022.
“Hyundai, Posco dan Lotte sudah berkomitmen untuk berinvestasi dengan nilai yang besar di Indonesia. Kami juga siap untuk berinvestasi di sektor lain seperti teknologi keuangan dan industri teknologi lain,” katanya.
Yoo mengatakan, setelah kesepakatan penyelesaian substansi perundingan ditandatangani pada Rabu (16/10/2019) olehnya dan Menteri Enggartiasto, proses selanjutnya adalah peresmian konklusi negosiasi dan legal scrubbing pada November 2019 mendatang.
Dia mengharapkan proses ratifikasi dapat berjalan dengan cepat di kedua negara. Hal itu diperlukan agar pelaksanaan IK-CEPA dapat dimulai pada tahun depan.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani mengatakan dengan terbentuknya kerja sama ekonomi komprehensif dengan Korsel, maka akan membuka peluang investasi asing masuk lebih besar dari negara tersebut. Sebab selama ini, Korsel merupakan salah satu dari 10 negara dengan nilai investasi terbesar di Indonesia.
“Perundingan seperti ini [IK-CEPA] yang kami harapkan. Sebab selain membuka peluang peningkatan perdagangan, investasi pun juga dapat ikut masuk. Korsel selama ini agak ragu-ragu untuk masuk ke negara kita. Namun, dengan adanya IK-CEPA ini mereka tampak lebih yakin masuk ke Indonesia,” jelasnya.
Dia menilai, selain kerja sama dagang dan investasi di bidang barang, Indonesia juga akan mendapatkan manfaat dari kerja sama di sektor jasa. Dia mengatakan sejumlah perusahaan Korsel juga telah menunjukkan minat untuk membangun pusat riset dan pengembangan di Indonesia.
“Perlu dicatat juga, Korsel juga membuka diri untuk melakukan pertukaran pekerja dan melakukan pelatihan pekerja seperti pemagangan. Tentu hal ini bisa menjadi peluang bagi tenaga kerja kita untuk meningkatkan skill-nya,” ujarnya.