Bisnis.com, BENGKULU - Kelokan jalur Puncak, Jawa Barat seakan menjadi jalan meliuk yang biasa saja dibandingkan jalan penghubung di Kabupaten Empat Lawang, Sumatra Selatan.
Jalur sempit meniti bukit dan menyusur sungai di Kabupaten Empat Lawang memberikan sensasi goyang pinggul bagai tak bertepi.
Tim Jelajah Infrastruktur Sumatra 2019 bertolak dari Palembang menuju Bengkulu, Sabtu (14/9/2019). Tak ada kendala berarti dalam perjalanan dari Kota Pempek itu menuju Lahat.
Jalan Lintas Tengah Sumatra sepanjang 219 kilomter yang tim lalui terasa mulus nan lebar kendati ada sedikit lubang kecil di beberapa titik.
Jalur sempit meniti bukit dan menyusur sungai di Kabupaten Empat Lawang/Bisnis-Nurul Hidayat
Keberangkatan tim bahkan terasa melintas di Jalur Nagreg (Jabar) karena sedikitnya ada sebelas gerai Tahu Sumedang di sepanjang jalan dari Prabumulih ke Muara Enim. Perjalanan selama lima jam menuju Lahat terasa cepat.
Isuzu MU-X, kendaraan yang menjadi tunggangan tim baru mendapat tantangan selepas keluar pusat kota Lahat menuju Kecamatan Kikim Tmur. Kontur jalan menanjak dan menurun disertai tikungan menjadi arena baku salip.
Perlu waktu hampir dua jam bagi tim untuk melewati jalan sepanjang 78 kilometer menuju Taman Tugu Empat Lawang.
Tugu itu menjadi persimpangan dengan tujuan Kabupaten Lubuklinggau dan Kota Pagar Alam. Tim memilih melintas di jalur alternatif menuju Pagar Alam untuk menjangkau Bengkulu. Tak dinyana jalan sempit di pinggir Sungai Musi ini menyuguhkan pemandangan yang rancak.
Aliran Sungai Musi terlihat jernih dengan gradasi hijau dan tosca. Tentu pemandangan ini jauh berbeda dengan aliran sungai yang cokelat di bagian hilir. Aneka pohon yang tumbuh di hutan sepanjang sungai juga menyuguhkan panorama rimbun yang sejuk di mata.
Lanskap pegunungan ini memang harus ditebus dengan sedikit bergoyang pinggul. Jalan sempit dengan kontur berkelok bisa menjadi momok bagi penumpang yang tak kuat mual. Dari Taman Empat Tugu Lawang ke Kabupaten Kepahiang, tim melintas jalan sepanjang 85 kilometer dan memakan waktu waktu 2 jam dan 30 menit.
Di samping pemandangan sungai yang jernih, udara di Empat Lawang juga teras sejuk. Tim sengaja menggunakan mode pendingin udara yang mengambil sirkulasi udara dari luar kendaraan. Hawa di dalam kabin pun terasa sejuk ; sebuah kesejukan yang cukup menjadi penawar dari kepenatan perjalanan di Jakarta.
Sajian yang juga seru dari melintasi jalan di Empat Lawang adalah deretan rumah panggung. Sepanjang jalan dari Kecamatan Talang Padang, Pendopo Barat, Ulu Musi, dan Sikap Dalam yang tim lalui, rumah panggung khas Sumatra Selatan berdiri di pinggir jalan. Deretan rumah panggung paling mencolok berada di Kecamatan pendopo Barat.
Selepas dari Empat Lawang, tim terus melanjutkan perjalanan menuju Bengkulu melalui Kepahiang. Aksi baku salip terjadi di jalan lintas Bengkulu-Kepahiang, terutama di segmen Kepahiang-Taba Penanjung.
Penduduk Bengkulu menyebut jalur itu sebagai "Liku Sembilan" untuk menggambarkan jalan tersebut seperti Kelok Sembilan di Sumatra Barat. Jumlah liukan di jalur ini, tentu lebih dari sembilan. Hampir di setiap 50 meter ada kelokan dan seolah tak bertepi. Perlu waktu 90 menit untuk jalan berkelok-kelok sepanjang 28 kilometer tersebut.
Kelokan di segmen Kepahiang-Taba Penanjung juga menjadi babak kelokan terakhir yang dilalui tim sejak dari Palembang. Total jenderal, ada empat jam waktu perjalanan yang dihabiskan untuk melintas di jalur kelok sambil meliukkan pinggang.
Untuk diketahui, Kepahiang menjadi salah satu lokasi trase pembangunan jalan tol Bengkulu-Lubuklinggau sepanjang 95,8 kilometer. Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) ruas ini sudah diteken pada Maret 2019 lalu.
Jalan tol Bengkulu-Lubuklinggau menjadi satu dari tiga ruas di koridor Palembang-Bengkulu. Dua ruas lainnya yaitu Lubuklinggau-Muara Enim dan Muara Enim-Simpang Indralaya. Panjang keseluruhan jalan tol yang akan dibangun di koridor Palembang-Bengkulu mencapai 329 kilometer.