Bisnis.com, BANDUNG--Moratorium Tenaga Kerja Indonesia (TKI) informal ke Timur Tengah yang masih berlangsung hingga saat ini menjadi sandungan bagi performa produk remitansi PT Pos Indonesia.
Direktur Jaringan dan Layanan Keuangan PT Pos Indonesia Ihwan Sutardiyanta mengatakan tahun ini perusahaan memperkirakan pengelolaan dana remitansi dari TKI hanya tumbuh tipis sebesar 6%-13% menjadi Rp16 triliun-Rp17 triliun, dibandingkan tahun lalu sebesar Rp15 triliun.
Nilai ini setara dengan 3 juta transaksi remitansi dari pelanggan PT Pos Indonesia.
"Naik tipis karena ini terpengaruh dari masih adanya moratorium TKI. Ini sangat berpengaruh ketika andalan kami Timur Tengah," ungkap Ihwan, Kamis (15/08/2019).
Dia menambahkan pengiriman remitansi dari wilayah tersebut mencapai 50% dari total pengelolaan dana yang diterima perusahaan.
Pada saat remitansi dari wilayah tersebut mengalami stagnasi, PT Pos Indonesia mencatat pertumbuhan bisnis remitansi di negara lain, seperti AS dan Australia, untuk pengiriman ke Indonesia.
Baca Juga
Selain itu, pengiriman remitansi ke luar negeri (outgoing) mulai tumbuh, contohnya pembelian barang dari Singapura oleh pelanggan PT Pos Indonesia di Batam atau pengiriman uang sekolah dari orang tua yang menyekolahkan anaknya ke luar negeri.
Bahkan, dia mengungkapkan pelanggan perusahaan atau UMKM yang mengekspor barang ke luar negeri mulai memanfaatkan remitansi lewat PT Pos Indonesia.
Ke depannya, perusahaan akan terus mengembangkan kanal-kanal yang potensial untuk menopang bisnis remitansi tersebut.
Kendati demikian, Ihwan menuturkan nilai dari segmen pelanggan non-TKI tidak sebesar remitansi dari para TKI. Pasalnya, pangsa pasar remitansi PT Pos Indonesia masih didominasi oleh TKI.
VP Remitansi PT Pos Indonesia Meidiana Suryati menegaskan selain masih adanya moratorium, persaingan bisnis remitansi dengan perbankan juga makin ketat.
"Semangat rekening-isasi dan sudah mulai di negara kirim sudah ada kebijakan untuk mengirim ke account lewat perbankan," ungkap Meidiana.
Oleh sebab itu, nilai layanan remitansi perusahaan mengalami stagnasi. Dalam menghadapi disrupsi ini, perusahaan berupaya untuk menjalin kerja sama dengan pihak-pihak lain. Salah satunya dengan Western Union (WU).
Meidiana memaparkan upaya perusahaan tidak hanya itu. Perusahaan juga terus mengembangkan aplikasi online, giro mobile.
Dengan aplikasi tersebut, pelanggan PT Pos Indonesia tidak perlu datang ke kantor pos sehingga menghemat biaya dan waktu.
Ke depannya, PT Pos Indonesia dan Western Union akan mengembangkan layanan terintegrasi melalui website resmi perusahaan jasa keuangan yang berbasis di AS tersebut.
"Dengan WU sebentar lagi, sekarang sudah mulai diinisiasi," ujar Meidiana.