Bisnis.com, JAKARTA — Menjelang penetapan lokasi ibu kota negara yang baru yang rencananya diumumkan pemerintah akhir pekan ini, Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia mengusulkan agar dalam pengembangannya nanti dibangun dengan berbasis rel dan kota hijau.
Sekretaris Jenderal Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) Andy Simarmata mengharapkan agar pengembangan ibu kota negara dan kota-kota baru ke depan tidak sama dengan Jakarta dengan berbasis rel dan mengandalkan kereta sebagai transportasi utama.
“Kota berbasis rel itu bukan maksudnya harus ada LRT [light rail transit] sih, tapi mengandalkan kereta. Jadi, dari dulu sebenarnya sudah diarahkan karena satellite city itu cuman bisa ditempuh berbasis rel atau jalan tol. Kalau jalan biasa nanti antarkota malah saling menyatu seperti Jakarta dengan Depok,” katanya kepada Bisnis ketika ditemui, Selasa (13/8/2019).
IAP mengharapkan supaya pengembangan kota-kota baru nantinya berbeda konsep dan tidak meniru pengembangan Jakarta.
Andy menyarankan agar kota baru dirancang sedini mungkin sudah dilengkapi dengan infrastruktur rel.
Selain itu, pemerintah juga dapat menyediakan lahan melalui mekanisme landbank atau konsodilasi lahan agar nanti warga yang kelas menengah ke bawah tetap bisa memiliki rumah.
Baca Juga
“Jadi, kalau sekarang tanah-tanah sudah dimiliki developer bisa mabok, harganya pasti jadi tinggi dengan rencana pindah ibu kota dan pengembangan kota-kota baru itu,” kata Andy.
Selain pengembangan kota berbasis rel, IAP dalam waktu dekat melalui kongres Isocarp akan mengundang sejumlah negara sebagai percontohan pengembangan IKN nanti. Andy menyebutkan ada 3 negara yang dijadikan contoh, yaitu Korea Selatan, Malaysia, dan Australia.
“Nanti, misalnya, Malaysia kita bisa ambil contoh itu pengelolaan kotanya, dia buat badannya sendiri untuk mengurus persiapan kota baru. Kemudian, Australia bisa kita contoh untuk kelembagaannya. Kalau yang dari Korea Selatan bagaimana perancangan kotanya yang high tech,” sambungnya.