Bisnis.com, JAKARTA — Perekonomian global yang sedang rentan berpotensi memicu penggelembungan sektor perumahan di beberapa negara. Berdasarkan riset Bloomberg Economics, Kanada dan Selandia Baru mengalami perekonomian paling rapuh dan menyebabkan harga rumah terkoreksi.
Riset itu menunjukkan bahwa Kanada dan Selandia Baru mengalami laju yang tidak stabil jika dilihat dari biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli hunian dibandingkan dengan penghasilan penduduk kedua negara itu, yang juga merupakan tertinggi di dunia.
“Australia, Norwegia, Swedia, dan Inggris juga harus berhati-hati,” kata Niraj Shah, Ekonom Bloomberg Economics dilansir Minggu (14/7/2019).
Hal itu pun sudah memicu reaksi dari pemerintah tiap-tiap negara. Pemerintah Kanada sudah meluncurkan pajak untuk pembeli asal negara asing, sedangkan pembelian dari asing sudah dilarang di Selandia Baru.
Tantangan selanjutnya adalah mengawasi harga properti dan kemungkinannya untuk bisa terus naik, seiring dengan keputusan bank sentral AS dan sejumlah negara yang siap memangkas suku bunga acuannya.
“Ada risiko pelonggaran siklus moneter global bisa memicu penggelembungan perumahan. Sementara para bank sentral fokus menghindar dari penurunan pertumbuhan ekonomi, kebijakan ekonomi yang lebih longgar justru bisa jadi bibit krisis selanjutnya,” lanjut Shah.
Baca Juga
Berdasarkan indeks ekonomi dari 57 negara, harga properti hunian baru saja kembali menuju puncaknya, yang terakhir dicapai sebelum krisis keuangan 2008 lalu.