Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Rumah di Inggris pada Juni Hampir Tak Bergerak

Ketidakpastian akan pisahnya Inggris dengan Uni Eropa masih terus menekan pasar perumahan Inggris dalam setahun belakangan, terutama di London. Namun, tingkat pekerjanya yang mencapai rekor dan suku bunga yang tercatat terendah cukup memberikan dukungan pada tingkat permintaan.
Suasana Kota London/Istimewa
Suasana Kota London/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan harga hunian di Britania Raya masih tertahan pada Juni karena harga di London dan Tenggara Inggris masih mengalami penurunan.

Berdasarkan data Nationwide Building Society, kenaikan harga hunian di Inggris pada Juni hanya 0,5% dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dan menjadi bulan ketujuh dengan pertumbuhan di bawah 1%. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu naiknya mencapai 2%.

Ketidakpastian akan pisahnya Inggris dengan Uni Eropa masih terus menekan pasar perumahan Inggris dalam setahun belakangan, terutama di London. Namun, tingkat pekerjanya yang mencapai rekor dan suku bunga yang tercatat terendah cukup memberikan dukungan pada tingkat permintaan.

Ketidakjelasan Brexit tak hanya terus membebani pasar, tapi juga membuatnya statis. Banyak penjual properti di Inggris menahan penjualannya hingga ada kejelasan Brexit pada 31 Oktober.

Boris Johnson, Calon Perdana Menteri Inggris mengatakan dirinya akan membawa Inggris cabut dari Uni Eropa bahkan meski tanpa kesepakatan.

“Ironisnya, ketidakpastian Brexit juga membatasi penurunan harga lebih lanjut. Ketika permintaan hunian melambat, pertambahan pasokannya juga demikian karena makin banyak pengembangnya yang melakukan wait and see, kurangnya pasokan ini jadi penahan penurunan harga,” kata analis Bloomberg Niraj Shah, dilansir Bloomberg Rabu (3/7/2019).

Tren perumahan nasional Inggris diperkirakan akan terus berkaca pada kondisi ekonominya. Pertumbuhan ekonomi Inggris hanya mencapai 0,5% pada kuartal I/2019, sebagian besar disebabkan oleh Brexit dan belum akan membaik.

Perekonomiannya diperkirakan juga akan tetap stagnan pada kuartal II/2019, dan Bank of Englang mengatakan ada risiko penyusutan ekonomi.

“Dengan kondisi pasar pekerja yang sehat dan bunga kredit pinjaman yang rendah akan memberikan dorongan bagi ekonomunya, tapi ketidakpastian itu masih akan menyeret sentimen dan aktivitas ekonomi. Sehingga, harga dan transaksi diperkirakan masih akan tetap rendah hingga beberapa bulan ke depan,”ujar Robert Gardner, Ekonom Nationwide.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper