Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Beban Puncak Sistem Kelistrikan Jawa-Bali Bakal Naik 3,7 Persen

PT PLN (Persero) memprediksi beban puncak kelistrikan sistem Jawa-Bali pada 2019 akan mencapai 28.000 MW atau meningkat 3,7 persen dibanding tahun lalu. 
Foto Indonesiapower
Foto Indonesiapower

Bisnis.com, JAKARTA -- PT PLN (Persero) memprediksi beban puncak kelistrikan sistem Jawa-Bali pada 2019 akan mencapai 28.000 MW atau meningkat 3,7 persen dibanding tahun lalu. 

Direktur Bisnis Regional PLN Jawa Bagian Barat Haryanto WS mengatakan perseroan telah mengantipasi kebutuhan listrik di masyarakat dengan mengoperasikan sejumlah pembangkit baru, salah satunya pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Jawa 7 berkapasitas 2x1.000 MW. Unit I dari pembangkit tersebut akan beroperasi komersial (commercial operation date/COD) pada Oktober 2019. 

"Dengan beroperasinya pembangkit berkapasitas 2.000 MW, maka akan mendukung sistem Jawa-Bali yang bebannya diprediksi naik tahun ini," katanya, baru-baru ini. 

Menurutnya, selama ini sistem kelistrikan di Jawa Bagian Barat seperti Jakarta Raya maupun Banten didukung dengan transfer listrik dari Jawa Bagian Timur sebesar 2.500 MW. Dengan beroperasinya pembangkit listrik berkapasitas besar di Jawa Bagian Barat, transfer listrik akan berkurang.

Dengan demikian, penyusutan jaringan akibat transfer akan berkurang. "Selain pembangkit, kami juga tetap menambah kapasitas sistem Jawa Bali," katanya.

PLN juga terus mendorong realisasi sejumlah pembangkit megaproyek 35.000 MW untuk meningkatkan keandalan listrik.  

Sebelumnya, Pelaksana Tugas Direktur Utama PLN Djoko R. Abumanan mengatakan seiring dengan semakin banyaknya pembangkit megaproyek 35.000 MW yang beroperasi, maka akan semakin memimalkan defisit daya. Adapun pada 2015, 11 dari 22 sistem besar kelsitrikan mengalami pemadaman karena defisit daya pembangkit.

Namun, saat ini defisit daya pembangkit untuk sistem besar kelsitrikan sudah tidak ada karena cadangan pembangkit yang cukup. Menurutnya, PLN akan terus menggenjot realisasi pembangkitan untuk meningkatkan cadangan listrik di Indonesia.

Meskipun demikian, waktu COD-nya harus tetap disesuaikan dengan kebutuhan beban dan keekonomian. "Ya kalau ada yang murah dipercepat, seperti PLTU, kita atur sedemikian rupa. Ada yang COD ditunda, misalnya terjadi di Sulawesi Selatan. Kalau dia masuk siapa yang bayar," katanya. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper