Bisnis.com, BANTEN -- PT PLN (Persero) mengaku mampu melakukan penghematan senilai Rp1 triliun per tahun dengan beroperasinya pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Jawa 7 lantaran menggunakan teknologi terbaru hingga kapasitas pembangkitan yang besar.
Adapun PLTU Jawa 7 digadang-gadang menjadi pembangkit batu bara terbesar dan pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi boiler Ultra Super Critical (USC). Teknologi USC dapat meningkatkan efisiensi pembangkit 15% lebih tinggi dibandingkan non USC sehingga menurunkan biaya bahan bakar.
Selain itu, dengan kapasitas yang besar, biaya pokok penyediaan (BPP) akan semakin dapat ditekan. Adapun BPP PLTU Jawa 7 adalah senilai US$4,2 sen per kWh atau sekitar Rp600 per kWh. Nilai tersebut jauh lebih rendah dibanding BPP PLTU lama yang mencapai US$5 sen hingga US$6 sen per kWh.
Direktur Utama PT Pembangkit Jawa Bali (PJB) Iwan Agung Selain menghemat pengeluaran PLN, PLTU Jawa 7 diyakini akan menambah pendapatan PLN karena masuknya PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) sebagai pemegang saham. Adapun proyek PLTU Jawa 7 merupakan hasil kerja sama antara PJB dengan China Shenhua Energy Company Limited. Adapun PJB memiliki saham 30% dan Shenhua sebesar 70%.
"Kita menempatkan dua direktur dan 80 operator PJB sehingga akan menjadi transfer of knowledge karena memang teknologi ultra supercritical," katanya, Jumat (5/7/2019).
PLTU Jawa 7 akan menjadi PLTU Batubara terbesar dan pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi boiler Ultra Super Critical (USC). PLTU menggunakan bahan bakar batu bara berkalori rendah yang memiliki nilai kalor 4.000 hingga 4600 kCal/kg, dengan konsumsi sekitar 7 juta ton per tahun bila sudah beroperasi 2 unit.
Baca Juga
Sebelumnya PLTU Jawa 7 di groundbreaking pada 5 Agustus 2017 oleh Presiden RI Joko Widodo, hingga saat ini progress pembangunan pembangkit unit 1 mencapai 99,08% per Mei 2019. Nantinya daya pembangkit akan disalurkan untuk memperkuat sistem interkoneksi Jawa-Bali melalui jaringan Suralaya-Balaraja 500 kV.