Bisnis.com, JAKARTA -- Kendati di luar perkiraan, Bank Indonesia menilai inflasi Ramadan pada Mei 2019 tidak akan berpengaruh besar terhadap pengendalian inflasi tahun 2019.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan lonjakan inflasi biasa terjadi pada bulan Ramadan. Dia mengakui inflasi Mei 2019 ini memang sedikit lebih tinggi dari yang diperkirakan BI. "Minggu ke IV, waktu itu kan 0,47% mtm ternyata memang ada beberapa komoditas seasonal itu memang lebih tinggi dari perkiraan," ungkap Perry di sela-sela halal bihalal BI & OJK, Senin (10/09/2019).
Kedepannya, BI meyakini inflasi akan rendah dan terkendali faktornya. Perry menegaskan ada tiga faktor utama yang dipegang BI. Pertama, ekspektasi inflasi tetap terkendali.
Kedua, pasokan barang dan jasa yang mencukupi. Ketiga, koordinasi yang erat antara BI dengan pemerintah baik dari respon kebijakan bank sentral, maupun melalui koordinasi dari Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPIP) dan Daerah (TPID). "Insyallah inflasi ke depan akan rendah terkendali perkiraan kami akan mendekati 3,2% atau 3,1%," ungkap Perry.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Mei 2019 mencapai 0,68%. Inflasi sepanjang Ramadan kali ini sesuai dengan rata-rata inflasi dalam tiga tahun terakhir yakni 0,68%.
Sayangnya, inflasi Mei 2019 lebih tinggi dibandingkan ekspektasi Bank Indonesia yang memperkirakan laju inflasi Mei 2019 sebesar 0,51%
Baca Juga
Inflasi ini dipicu oleh pergerakan harga bahan pangan bergejolak sebesar 1,45% dan harga transportasi angkutan udara akibat pola musiman, Ramadan dan Lebaran.
Adapun secara tahunan, inflasi Mei 2019 tercatat 3.32% (year on year/yoy). Sementara itu, inflasi tahun kalendernya sebesar 1,48% (year to date/ytd). Kepala BPS Suhariyanto mengungkapkan rentang waktu Ramadan yang jatuh di dalam satu bulan, yakni Mei 2019, ikut memberatkan laju inflasi."Bulan Juni tidak akan ada apa-apa lagi," ujar Suhariyanto.
Sejauh ini, BPS melihat ke depannya tidak ada risiko yang dapat mendorong laju inflasi. Dia berharap harga-harga barang dan jasa akan kembali normal. "Nampaknya akan aman, 3,32% itu aman lah," tegasnya.