Bisnis.com, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan inflasi Mei 2019 mencapai 0,68%. Inflasi sepanjang Ramadan kali ini sesuai dengan rata-rata inflasi dalam tiga tahun terakhir yakni 0,68%.
Sayangnya, inflasi Mei 2019 lebih tinggi dibandingkan ekspektasi Bank Indonesia yang memperkirakan laju inflasi Mei 2019 sebesar 0,51%. Inflasi ini dipicu oleh pergerakan harga bahan pangan bergejolak sebesar 1,45% dan harga transportasi angkutan udara akibat pola musiman, Ramadan dan Lebaran.
Adapun secara tahunan, inflasi Mei 2019 tercatat 3.32% (year on year/yoy). Sementara itu, inflasi tahun kalendernya sebesar 1,48% (year to date/ytd)
Dari catatan BPS di 82 kota yang dipantau, sebanyak 81 kota inflasi, sedangkan satu kota deflasi. Inflasi tertinggi tercatat di kota Tual disebabkan oleh kenaikan jenis ikan dan angkutan udara, sedangkan di Merauke terjadi deflasi seiring penurunan harga beras dan sayuran.
Kepala BPS Suhariyanto menuturkan inflasi sebesar 0,68% ini cukup terkendali, meskipun lebih besar dibandingkan Mei 2017 dan 2018.
Namun, inflasi ini tidak bisa dibandingkan karena hari permulaan puasa yang berbeda karena puncak kenaikan harga tahun 2018 dan 2017 terjadi pada bulan Juni. "Penyebab utama inflasi Mei adalah bahan makanan, makanan jadi dan transportasi," kata Suhariyanto, Senin (10/06/2019).
Baca Juga
Dari kelompok bahan makanan, inflasi terjadi di komoditas cabai merah dengan andil inflasi 0,10%, daging ayam ras 0,05%, bawang putih 0,05%, ikan segar 0,04% dan komoditas sayur-sayuran sebesar 0,01%. "Dikit-dikit tetapi banyak seperti pepaya dan kelapa."
Di sisi lain, BPS mencatat komoditas bahan pangan yang memberikan andil deflasi, a.l. bawang merah 0,04%. Penurunan harga bawang merah disebabkan oleh adanya panen di Brebes dan Bima.
Sementara itu, harga beras juga tercatat turun sehingga menyumbang deflasi 0,02%. Dengan demikian, kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 2,02% dan memberikan andil inflasi sebesar 0,43%
Kelompok makanan jadi, minuman rokok dan tembakau mengalami inflasi sebesar 0,56% dengan andil sebesar 0,10%. Andil inflasi di dalam kelompok ini disumbang oleh kenaikan harga nasi dan lauk pauk sebesar 0,01%, rokok kretek 0,01% dan gula pasir 0,01%.
"Selama puasa banyak yang memilih untuk membeli makanan di luar," ujar Suhariyanto.
Dari kelompok transportasi, BPS mencatat inflasinya sebesar 0,54% dengan andil inflasi 0,10%. Inflasi ini dipicu oleh kenaikan tarif Angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) sebesar 0,04%, tarif angkutan udara dan tarif kereta api sebesar masing-masing 0,02%
"Ini karena permintaan untuk mudik. Jadi sesuatu yang wajar. Kalau tarif angkutan udara sumbangannya hanya 0,02% karena kenaikan tarifnya sudah terjadi dari bulan-bulan sebelumnya," papar Suhariyanto.
Dari catatan di atas, Suhariyanto menyimpulkan penyebab utama inflasi adalah bahan makanan seperti cabai merah, ayam ras dan bawang putih yang mengalami kenaikan permintaan sepanjang bulan Ramadan.
Alhasil, inflasi harga pangan bergejolak pada Mei 2019 mencapai 0,48% dan andilnya sebesar 0,09%. Penyebab inflasi lainnya adalah tarif transportasi seperti AKAP, kereta api dan pesawat terbang akibat arus mudik Lebaran.
Di sisi lain, BPS melihat inflasi inti per Mei 2019 sebesar 3,12% menunjukkan kondisi daya beli masyarakat yang baik. "Masih di atas tiga jadi daya beli masih bagus sekali," tegas Suhariyanto.