Bisnis.com, JAKARTA -- Kondisi bisnis yang dihadapi pelaku manufaktur Indonesia menuju kuartal II/2019 tampak terus membaik. Indeks Manufaktur Indonesia pada Mei 2019 naik ke posisi tertingginya dalam 9 bulan terakhir.
Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis Nikkei dan IHS Markit naik ke level 51,6 pada Mei 2019 dari 50,4 pada April 2019. Indeks di atas 50 menunjukkan sektor manufaktur bergerak ekspansif, sedangkan angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi.
Meski hanya menunjukkan perbaikan tingkat sedang pada kondisi sektor, posisi PMI tersebut merupakan yang tertinggi sejak Agustus 2018.
Bernard Aw, Kepala Ekonom di IHS Markit, mengatakan setelah penurunan kecil pada April 2019, arus permintaan baru naik pada laju tercepat selama 9 bulan pada Mei 2019.
“Kenaikan permintaan mendorong pelaku manufaktur untuk menaikkan produksi, dengan kenaikan output pada laju tercepat selama 1 tahun,” paparnya, Jumat (31/5/2019).
Menurut Bernard, pendorong kenaikan adalah ekspansi yang lebih kuat pada output dan pertumbuhan pada permintaan baru. Kepercayaan diri melonjak sedangkan perusahaan menaikkan jumlah tenaga kerja, menaikkan aktivitas pembelian, dan membangun stok dalam rangka menanggapi penguatan permintaan.
Baca Juga
“Kenaikan yang berlanjut ini juga meningkatkan kepercayaan diri di antara pelaku manufaktur Indonesia,” lanjutnya.
Kepercayaan bisnis mengalami lonjakan pada Mei 2019, mencapai tingkat tertinggi sejak Februari 2017. Indeks Output Masa Depan, tolok ukur ekspektasi bisnis, melonjak ke posisi tertinggi selama lebih dari 2 tahun, menjadi kenaikan bulanan tertinggi (15,6 poin) yang tercatat dalam riwayat survei.
Beberapa alasan optimisme tersebut di antaranya adalah peluncuran produk baru, perkiraan kenaikan penjualan, perbaikan kualitas produk, aktivitas pemasaran yang lebih besar, dan antisipasi stabilitas pascapemilu.