Bisnis.com, JAKARTA—Tren penjualan properti pada saat Bulan Puasa biasanya akan mengalami penurunan hingga 20 persen dan kembali naik menjelang dan setelah Lebaran.
“Di periode itu biasanya orang punya bonus untuk bayar uang muka. Kalau sebelum Lebaran kan orang kan mikirnya puasa, apalagi kaya waktu persiapan waktu masuk sekolah,” kata Ketua umum Himpunan Pengembang Perumahan dan Permukiman Rakyat (Himperra) Endang Kawidjaja Kamis, (26/4/2019).
Menurutnya, yang paling menurunkan demand penjualan adalah periode masuk sekolah. Orang lebih memikirkan untuk membiayai sekolah anak, bayar uang masuk, uang gedung dan sebagainya dibandingkan dengan beli rumah.
“Nah sekarang kan lebaran maju, makin jauh dari bulan Mei Juni. Sekarang jadi terasa berat karena jadi dobel, orang mikirin sekolah kurang mikirin mau beli rumah. Kami di Semarang itu sering habis lebaran melonjak penjualan, itu rupanya saudara dari Jakarta datang bantu beli,” ungkapnya.
Endang, yang juga merupakan Chief Executive Officer Delta Group, menyebutkan pada periode Ramadan dan sebelum lebaran umumnya terjadi penurunan penjualan sekitar 20 persen. Sedangkan, setelah lebaran bisa terjadi lonjakan penjualan hingga 30 persen.
Head of Research Savills Indonesia Anton Sitorus sebelumnya mengatakan, untuk tren properti secara umum tidak berubah signifikan pada musim menjelang bulan puasa dan lebaran. Hal ini berbeda dengan China dan Singapura yang memiliki kepercayaan sendiri, sehingga beberapa hari libur mempengaruhi tingkat pembelian rumah.
Baca Juga
“Di sini [Indonesia] orang lebih memperhatikan kondisi pasar, lagi booming atau lagi bottom, bukan karena mau puasa atau lebaran. Apalagi dengan kondisi sekarang pasar properti kita masih dalam tahap recovery, belum ada kenaikan yang signifikan,” jelasnya.
Menurutnya, yang ada pengaruhnya kemungkinan di pusat perbelanjaan. Tunjangan Hari Raya, kata Anton, tidak cukup mendorong aktivitas pembelian properti, tapi pernah terjadi beberapa tahun lalu.