Bisnis.com, JAKARTA – Kalangan peternak mengkhawatirkan harga ayam cenderung turun karena perusahaan besar berencana menambah pasokan berkali lipat untuk menginfiltrasi pasar.
Ketua Perjuangan Peternak Rakyat dan Peternakan Mandiri (PPRPM) Sugeng Wahyudi mengatakan pada saat ini pasokan ayam sudah melebihi waktu normal yakni 67 juta ekor per minggu. Padahal idealnya, pasokan ayam berada di kisaran 60 juta ekor.
Dengan begitu harga akan sulit kembali normal. Pasalnya dalam tujuh bulan terakhir, harga ayam cenderung berada di bawah biaya produksi yakni Rp17.000/kg.
“Saat ini, pasokan sekitar 67 juta per minggu. Artinya lebih dari seharusnya. Untuk hari-hari biasa suplai day old chicken [DOC] di kisaran 60 jutaan,” katanya kepada Bisnis pada Rabu [24/4/2019].
Kendati demikian, Sugeng menjelaskan untuk saat ini ada beberapa daerah yang harganya mulai membaik. Misalnya, untuk Jawa Barat harga sudah berkisar Rp19.000/kg— Rp20.000/kg. Akan tetapi, untuk sentra produksi lain seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah harga ayamnya masih rendah sekitar Rp16.500/kg—Rp17.000/kg saat ini.
Sugeng cenderung pesimistis harga akan membaik pada Ramadhan, pasalnya ada kecenderungan korporasi peternakan akan menggelontorkan ayam dalam jumlah besar.
Baca Juga
“Jka itu terjadi maka harga berpotensi untuk turun, padahal sebagai peternak kami berharap datangnya bulan puasa yang ditandai naiknya konsumsi ayam sekitar 15 persen-20 persen berharap adanya kenaikan harga. Karena sejak Januari sampai April minggu pertama peternak rugi,” katanya.
Sebelumnya dia meminta kepada pemerintah untuk mengendalikan pengeluaran karkas ayam frozen agar tidak mengganggu upaya perbaikan ayam hidup. Utamanya pada saat momentum bulan puasa dan Idul Fitri 2019.
Sugeng khawatir harga akan semakin anjlok jika ayam segar dan beku dikeluarkan bersamaan pada momen yang sama.
"Kami meminta kepada permintah dan industri perunggasan untuk menjaga kestabilan , ketersediaan dan distribusi DOC dan pakan dengan harga yang adil dengan tetap menjaga mutu yang baik," katanya.
Dewan Pembina Gabungan Organisasi Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Tri Hardiyanto mengusulkan agar terjadi perbedaan pasar antara korporasi dan peternak rakyat supaya tidak berebut ladang yang sama.
"Kami semua berebut pasar segar, seharusnya ada segmentasi. Peternak mengisi untuk pasar segar sedangkan yang lebih mampu [korporasi] ke pasar modern, cold storage dan ekspor," katanya kepada Bisnis belum lama ini.