Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Butuh 2,2 Juta Ton Gula Impor

Pada tahun ini, pemerintah memberi kuota impor GM sebanyak 2,8 juta ton.
Seorang pekerja berdiri di antara tumpukan karung gula mentah/Bloomberg
Seorang pekerja berdiri di antara tumpukan karung gula mentah/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Kebutuhan impor gula mentah untuk gula kristal rafinasi pada tahun ini diperkirakan mencapai 2,2 juta ton.

Ketua Umum Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia (AGRI) Rachmat Hariotomo mengatakan bahwa volume itu dihitung berdasarkan proyeksi kebutuhan gula mentah (GM) untuk gula kristal rafinasi (GKR) dari sektor industri pada tahun ini sebanyak 3,2 juta ton dan sisa stok tahun lalu 1 juta ton.

“Berdasarkan audit dari PT Sucofindo, sisa stok GM untuk GKR dari impor tahun lalu masih 1 juta ton. Itu kami gunakan untuk kebutuhan industri pada 2 bulan pertama tahun ini,” katanya, Minggu (7/4).

Adapun, pada tahun ini pemerintah memberi kuota impor GM sebanyak 2,8 juta ton. Dengan menghitung kebutuhan tahun ini yang hanya 2,2 juta ton, otomatis akan menimbulkan sisa 600.000 ton.

Terkait dengan hal tersebut, Rachmat mengatakan, sisa kuota tahun impor tahun ini akan digunakan untuk stok tahun depan. Menurutnya, biasanya industri mencadangkan sekitar 600.000 ton GM untuk GKR dari tahun sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan awal tahun, seperti yang dilakukan pada tahun ini.

Stok cadangan gula tersebut, lanjutnya, sangat penting untuk mengantisipasi terlambat keluarnya izin impor GM dari pemerintah. Dia mencontohkan pada tahun ini, Kementerian Perdagangan baru mengeluarkan surat persetujuan impor pada akhir Januari.

Hal itu membuat impor GM untuk GKR baru dapat dilaksanakan pada awal Februari dan barang tersebut baru bisa masuk ke Indonesia pada akhir bulan yang sama, lantaran lamanya proses impor yang bisa memakan waktu 3 pekan.

“Biasanya memang kami mencadangkan sekitar 600.000 ton dari kuota impor tahun sebelumnya untuk memenuhi kebutuhan industri pada dua bulan pertama setiap tahunnya,” katanya.

Kendati demikian, dia mengatakan, sisa kuota impor pada tahun ini bisa saja tidak sebanyak 600.000 ton sesuai dengan proyeksi. Pasalnya, hal itu bergantung pada permintaan dari industri yang bisa saja mengalami kenaikan.

Untuk itu, lanjut Rachmat, AGRI dan pelaku industri sektor makanan dan minuman sedang menyusun laporan evaluasi terkait dengan kebutuhan GM untuk GKR bagi industri. Proses evaluasi tersebut dilakukan setiap 3 bulan sekali dan akan dilaporkan kepada pemerintah untuk mempertimbangkan kuota impor periode berikutnya.

Pada semester I/2019 Kemendag telah menerbitkan izin impor GM untuk GKR sebanyak 1,4 juta ton dari total kuota sepanjang tahun sebanyak 2,8 juta ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper