Bisnis.com, JAKARTA - Garuda Indonesia akan kembali bernegosiasi dengan Boeing guna membahas pembatalan pesanan 49 unit B737 MAX 8 di Beijing China, pada 10 April 2019.
Direktur Utama Garuda Indonesia IGN Askhara Danadiputra mengatakan bahwa pembahasan akan mencakup permintaan untuk mengganti dengan pesawat jenis lain. Penggantian pesanan ini ditempuh setelah maskapai enggan untuk kehilangan predown payment (PDP) yang telah disetorkan kepada Boeing sebesar US$26 juta.
"[Negosiasi] ini masih dalam tahap awal. Kami akan berkenalan dulu dengan John Bruns [Head of Sales Boeing Asia Pacific], karena beliau baru saja promosi dari sebelumnya menjabat Head Sales of China," kata Askhara kepada Bisnis, Kamis (4/4/2019).
Dia berupaya menegosiasikan PDP agar bisa menjadi pengurang harga pada pesanan pesawat Boeing berikutnya. Berdasarkan klausul kontrak pembelian pesawat, maskapai tidak bisa menarik PDP yang sudah disetorkan.
Pihaknya belum memutuskan jenis pesawat pengganti. Garuda hendak mengetahui opsi penggantian pesawat yang ditawarkan Boeing terlebih dulu.
Pertemuan di Beijing tersebut merupakan lanjutan dari kunjungan dua perwakilan Boeing yakni Sales Director Internasional Samir Belyamani dan Regional Director Global Sales Contract Commercial Airplanes Sarah Swezey di Jakarta, pada pekan lalu.
Askhara mengaku tetap percaya kepada produk Boeing, tetapi untuk keselamatan penumpang dan masyarakat Indonesia tidak dapat melanjutkan pemesanan pesawat B737 MAX 8 yang mulanya mulai dikirim pada 2020.
Dia tidak menutup kemungkinan bahwa proses negosiasi penggantian pesanan pesawat dengan Boeing bakal berjalan dalam waktu yang tidak singkat. "Urusan billions of dollar selalu panjang," ujarnya.
Total pesanan Garuda untuk pesawat jenis B737 MAX 8 mencapai 50 unit. Namun, hingga saat ini yang sudah dikirimkan hanya 1 unit dan sudah dilakukan grounded hingga batas waktu yang belum ditentukan.