Bisnis.com, JAKARTA -- Menteri Keuangan Sri Mulyani menanggapi keluhan pengusaha di Indonesia terkait dengan produktivitas industri Tanah Air.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan pemerintah menyadari bahwa produktivitas sangat penting karena ini memiliki fungsi efisiensi dalam ekonomi.
"Oleh karena itu, Presiden Joko Widodo fokus kepada infrastruktur. Nonsense, kalau kita ingin menaikkan produktivitas kalau ongkos angkut saja bisa jauh lebih mahal," tegas Sri Mulyani dalam acara Forum Entrepreneurship Kadin Indonesia, Rabu (27/2/2019).
Selain itu, peningkatan produktivitas hanya bisa dilakukan dengan meningkatkan kemampuan tenaga kerja di Tanah Air. Inilah yang menjadi alasan mengapa pemerintah mendorong peningkatan pendidikan vokasi saat ini.
Namun, Sri Mulyani mengingatkan dampak dari belanja pendidikan tidak dapat dirasakan dengan instan. Menurutnya, pemerintah akan selalu berusaha memperbaiki kuantitas dan kualitas pendidikan Indonesia.
Tidak hanya pendidikan, pemerintah juga melihat relasi antara kesehatan dan produktivitas. "Tidak mungkin negara produktif kalau warganya sakit, makanya kami ingin menghasilkan universal health coverage," ujar Sri.
Dari elemen penopang produktivitas ini, Sri Mulyani mengatakan sudah ada perbaikan dalam lima tahun terakhir.
Menurutnya, pemerintah ingin mendengar keluahan pengusaha dan pemerintah menyadari bahwa tidak mungkin peningkatan produktivitas jika regulasi dan birokrasinya berbelit-belit.
Hal inilah yang mendasari Presiden Joko Widodo mendorong perbaikan Ease of Doing Business (EoDB) dan Online Single Submission (OSS) serta perbaikan peraturan daerah.
"Ini semua adalah esensi peningkatan produktivitas. Kapan kita taking for granted? Saya sangat memahami pengusaha menginginkan perbaikan ini segera, tidak hanya besok, seharusnya tiga tahun atau 10 lalu," tegas Sri.
Dia meyakinkan pemerintah terus melakukan perbaikan ini secara fundamental.
Dalam acara yang sama, Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan P. Roeslani mengungkapkan pengembangan industri 4.0 memiliki pekerjaan rumah yang besar.
"Kenaikan upah buruh pasti, tapi kita tidak pernah memikirkan masalah produktivitas buruh kita," ujar Rosan.
Padahal, pasar digital ekonomi Indonesia bisa mencapai US$150 miliar dan valuasi pasar ekonomi digital di Asean mencapai US$240 miliar.
Artinya, Indonesia akan menjadi pemimpin di Asean. Namun, ini perlu disikapi dengan memperbaiki produktivitas serta daya saing.
Tidak hanya itu, dia menuturkan pemanfaatan bonus demografi Indonesia yang akan berakhir pada 2038-2040.
"Jangan sampai ini menjadi beban demografis ke depannya jika kita tidak bisa memanfaatkan dengan baik," ungkapnya.