Bisnis.com, JAKARTA — Seorang ekonom dari perguruan tinggi menilai bahwa pembangunan infrastruktur menjadi kunci peningkatan daya saing yang saat ini tergolong masih rendah.
Komitmen pembangunan infrastruktur berkelanjutan diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan tidak tergantung pada konsumsi domestik.
Ekonom Unika Atma Jaya A. Prasetyantoko mengatakan bahwa indeks daya saing Indonesia berada di bawah Malaysia dan Thailand, serta dibayangi Filipina dan Vietnam.
Dalam peringkat Global Competitiveness Index 2018, posisi Indonesia berada di urutan 45, di bawah Malaysia (25) dan Thailand (38), tetapi di atas Filipina (56) dan Vietmam (77).
"Vietnam memang di bawah kita, tetapi mereka punya kelebihan lain yang tidak kita punya sehingga bisa menarik investasi dari relokasi pabrik-pabrik di China," jelasnya dalam diskusi dengan media massa bertajuk Pembangunan Infrastruktur di Jakarta, Jumat (8/2/2019).
Dalam 4 tahun terakhir, Indonesia memang gencar membangun infrastruktur.
Baca Juga
Data Kantor Staf Presiden menunjukkan bahwa hingga 31 Desember 2018, pemerintah telah membangun jalan nasional sepanjang 3.387 kilometer dan jalan tol sepanjang 782 kilometer.
Di samping itu, pembangunan jalur kereta api dan reaktivasi mencapai 735,19 kilometer. Pemerintah juga membangun 10 bandara baru dan 19 pelabuhan laut.
Prasetyantoko menyebutkan bahwa pembangunan infrastruktur perlu berkelanjutan karena negara lain juga tengah membenahi sektor infrastruktur mereka.
Dia menekankan bahwa infrastruktur menjadi tulang punggu dalam upaya menarik investasi, baik dari domestik maupun asing.
Berkat investasi, dia meyakini pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal lebih tinggi dari 5%. "Kalau kita hanya mengandalkan konsumsi domestik, siap-siap saja kita hanya tumbuh 5%."