Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom menilai kompetisi untuk mendapatkan investasi asing kini semakin ketat, terutama bagi negara berkembang seperti Indonesia. Setidaknya, terdapat tujuh hal yang menjadi pertimbangan investor.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Andry Asmoro menyampaikan pembangunan infrastruktur yang lemah menjadi poin utama yang menjadi fokus investor global sebelum memarkirkan modalnya di dalam negeri.
Hal tersebut dirinya sampaikan dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Badan Anggaran (Banggar) DPR dengan Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia dan Ekonom Bank Mandiri, Selasa (18/2/2025).
"Walaupun dalam 10 tahun terakhir Jokowi aktif membangun infrastruktur, tetapi memang masih ada gap, terutama terkait dengan konektivitas," ujarnya.
Asmo, sapaannya, menyampaikan untuk memberikan kepercayaan kepada investor, dan menarik masuk investasi asing ke Tanah Air, perlu melakukan re-connect infrastruktur dengan kawasan industri.
Menurut catatan Bank Mandiri, kawasan industri selalu menjadi daya tarik bagi investor dan memiliki prospek yang cukup baik.
Baca Juga
Selain infrastruktur, poin yang menjadi sorotan investor global adalah birokgrasi dan ketidakpastian regulasi. Di mana perizinan dan peraturan usaha yang kompleks, kebijakan yang dinamis, dan masalah korupsi menjadi pertimbangan investor.
Sementara poin terkait sumber daya manusia seperti produktivitas tenaga kerja yang rendah, sistem pendidikan yang lemah, dan R&D dan inovasi yang terbatas menjadi pertimbangan.
Investor juga menyoroti biaya bisnis yang tinggi dan hambatan investasi yang masih terjadi. Seperti biaya logistic dan rantai pasokan yang tinggi, Undang-Undang (UU) ketenagakerjaan yang kaku, dan inefisiensi sistem pajak.
Ketidakpastian politik yang sering terjadi juga menjadi pertimbangan utama para investor.
Di sisi lain, ketergantungan pada komoditas mentah, adopsi otomatisasi dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang lambat, perlindungan kekayaan intelektual yang lemah membuat investor berpikir ulang.
Terakhir, pembatasan impor dan persyaratan bahan baku lokal, integrasi yang terbatas ke dalam rantai nilai global turut mengurungkan niat investor.
Asmo menekankan di samping peningkatan Incremental Capital Output Ratio (ICOR) atau rasio efisiensi investasi, Indonesia perlu untuk berpartisipasi menjadi rantai pasok global.
“Kita bicara tentang birokrasi, kita bicara kemudian tentang SDM dan kualitas pendidikan. Jadi alat yang memang fundamental ini yang menjadikan dasar selalu investor asing masih berpikir untuk masuk ke Indonesia,” tuturnya.
Berikut Poin-Poin yang Menjadi Fokus Investor Global:
- Pembangunan infrastruktur yang lemah
- Birokrasi dan ketidakpastian regulasi
- Sumber daya manusia dan kualitas pendidikan
- Biaya bisnis yang tinggi dan hambatan investasi
- Kekhawatiran stabilitas politik dan ekonomi
- Kemajuan teknologi dan industri yang terbatas
- Perdagangan dan akses pasar global
Hingga 2024, Singapura selalu memuncaki tingkat kompetitif negara dalam investasi. Hanya Malaysia pada 2010, yang termasuk negara di Asean, yang sempat memasuki top 10.
Pemerintah sendiri menargetkan investasi senilai Rp1.905,6 triliun pada 2025, baik dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun Foreign Direct Investment (FDI).