Bisnis.com, JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2018 mencapai 5%, dan prospek pertumbuhan diprediksi semakin membaik hingga 2023.
Hal itu mengemuka dalam DBS Berbagi Prediksi Ekonomi Indonesia Bersama Para Menteri dan pakar ekonomi di Asian Insights Conference. Agenda ini dimaksudkan untuk membantu para pelaku bisnis dalam mengambil keputusan dan menentukan arah tujuan yang ingin dicapai pada tahun 2019.
DBS Asian Insights Conference 2019 ini menghadirkan Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, serta beberapa pakar ekonomi. Konferensi tahunan kali ini mengangkat tema ‘Accelerating Growth for Future-Forward Indonesia dan Game Changers; New Futures, New Opportunities’, untuk memberikan prediksi peluang dan tantangan yang akan dihadapi Indonesia di tengah pembangunan dan iklim politik dalam negeri, serta gejolak perekonomian dunia.
Gejolak perekonomian dunia yang disebabkan oleh ancaman perang dagang Amerika Serikat dan China berdampak besar terhadap perekonomian dunia. Prospek melambatnya perekonomian dunia pun membuat pasar saham dunia bergejolak, indeks S&P 500 turun 17% dari level tertingginya di September 2018.
Tidak hanya itu, Indeks MSCI juga turun 15% dari level tertinggi juga di bulan yang sama. Bahkan, International Monetary Fund (IMF) menyebut gejolak ekonomi dunia mulai memunculkan tanda-tanda akan datangnya krisis finansial.
Indonesia memiliki pertumbuhan yang cukup baik di tengah dinamika perekonomian dunia di tahun 2018. Indonesia mampu tumbuh di kisaran 5%. Hal ini juga bisa dilihat dari realisasi pendapatan negara mencapai 100% dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di akhir tahun 2018.
Defisit APBN dianggap sehat, hingga akhir November 2018 mencapai Rp278 triliun atau 1,89% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), di mana angka ini di bawah target APBN sebesar 2,19%.
Inflasi pun terkendali. Hal ini dibenarkan oleh Sri Mulyani, Menteri Keuangan, beliau menyatakan pada tahun lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia cukup kuat karena didukung oleh konsumsi, investasi, dan belanja pemerintah.
“Kami mengharapkan momentum pada akhir tahun akan tetap berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi mendekati 5,15%-5,17%. Di balik indikator pertumbuhan ekonomi, banyak sekali indikator pembangunan yang truly matters to the people,” ujar Sri Mulyani sebagaimana tertulis dalam siaran pers dari DBS yang diterima Bisnis.com, Kamis (31/1/2019).
Sri Mulyani menjelaskan hal ini juga menekan tingkat kemiskinan di dalam negeri sepanjang sejarah Indonesia. “For the first time, single digit poverty rate yang sekarang turun menjadi 9,66% dari 9,8% pada Maret 2018,” tambah Sri Mulyani.
Sementara itu, Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman menambahkan, selain pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan tingkat kemiskinan yang menurun, laju inflasi Indonesia dinilai sudah cukup baik sampai akhir tahun 2018. Hal ini terbukti dari tingkat inflasi yang berada di bawah 3%.
“Kalau kita manage dengan baik, ekonomi kita akan membaik sampai 2023. Kita harus optimistis terhadap kondisi ekonomi kita saat ini, karena kita bisa menahan inflasi di bawah 3%. Tidak akan ada ancaman yang berarti dalam 10 tahun-15 tahun ke depan. Untuk itu, kita fokus untuk membangun infrastruktur dan sumber daya manusia mulai dari sekarang,” tutupnya.
Senada dengan itu, Chief Economist DBS Bank Ltd. Taimur Baig mengungkapkan strategi yang dapat dilakukan oleh Indonesia dalam memaksimalkan peluang di tahun 2019. Di tengah pengaruh eksternal seperti ancaman perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok dan keputusan The Fed, serta pengaruh faktor internal di mana akan ada pemilihan umum, Indonesia harus fokus pada permintaan domestik.
Apabila permintaan domestik terdapat peningkatan, maka di sinilah terdapat peluang bagi Indonesia. Sebagai catatan, hal ini bukan berarti permintaan eksternal seperti ekspor, impor, manufaktur dan tambang tidak penting. Indonesia memiliki populasi yang besar yang didominasi oleh generasi muda yang dinamis.
"Banyaknya jumlah bisnis baru, startup, di Indonesia menjadi salah satu daya tarik Indonesia di mata dunia. Melalui permintaan domestik saja, Indonesia dapat tumbuh di angka 4%-5%,” ungkap Taimur Baig, Chief Economist DBS Bank Ltd.
DBS Asian Insights Conference merupakan salah satu bentuk komitmen Bank DBS Indonesia dalam mewujudkan misi ‘Live more, Bank less’. “Kami menginginkan masyarakat Indonesia dapat lebih menikmati hidup tanpa dirumitkan oleh hal-hal lain, khususnya perihal perbankan. Berangkat dari misi tersebut,
"Kami berkomitmen untuk menjadi institusi perbankan yang terdepan dalam memberikan wawasan yang komprehensif terutama terkait bisnis dan ekonomi. Melalui acara ini, kami berharap bisa dapat membantu para pelaku bisnis dalam mengambil keputusan dan menentukan arah tujuan yang ingin dicapai,” ujar Paulus Sutisna, Presiden Direktur PT Bank DBS Indonesia.
Pembicara yang turut hadir di dalam DBS Asian Insights Conference, antara lain: Taimur Baig - Chief Economist DBS Bank Ltd., Burhanuddin Muhtadi - Executive Director of Indonesian Politic Indicator and Research Institution of Indonesia, William Tanuwijaya - Co-Founder Tokopedia, Denni Puspa Purbasari - Deputi III Kantor Staf Presiden, Damhuri Nasution - Panel Expert Katadata Insight Center/ Head Danareksa Research Institute, Betty Alwi - General Manager Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, serta Markus Erik A. - Head of Market Intelligence and Investment Specialist Team, PT Bank DBS Indonesia.