Bisnis.com, JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) memperkirakan kebutuhan penyerapan kebutuhan batu bara domestik untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) pada tahun ini sebesar 96 juta ton.
Direktur Pengadaan Strategis PLN Iwan Supangkat mengatakan bahwa kebutuhan itu juga diperlukan untuk memenuhi operasional sejumlah PLTU pada tahun ini. Dengan demikian, rencananya dalam bauran energi primer pada 2019, porsi batu bara juga akan bertambah sekitar 2%.
Pasalnya, dia menyebut bahwa sejumlah PLTU berkapasitas besar akan mulai beroperasi. Beberapa diantaranya, yakni PLTU Jawa 7 sebesar 2×1.000 megawatt (MW), PLTU Jawa 8 sebesar 1.000 MW, serta PLTU Lontar sebesar 350 MW.
Sebelumnya, dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018—2027, proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang ditunda adalah PLTU Jawa 5 berkapasitas 1x1.000 MW dan PLTU Jawa 6 berkapasitas 2x1.000 MW.
Di sisi lain, ada beberapa pembangkit berkapasitas besar yang mengalami penyesuaian waktu beroperasi komersial atau commercial operation date (COD). Seperti PLTGU Jawa 1 2x800 MW dimundurkan menjadi 2022—2023 dari target awal pada 2019. PLTU Jawa 7 2x1.000 MW dan PLTU Jawa 8 1000 MW ditargetkan COD pada 2019 dimundurkan menjadi 2020.
Namun Iwan memastikan bahwa sejumlah pembangkit akhirnya dipercepat untuk bisa beroperasional tepat waktu.
"Harus selesai 2019. Itu tercepat Jawa 8, Jawa 7, Batang juga sudah financial close. Ultimate goal bukan hanya angka tapi reserve margin cukup."