Bisnis.com, JAKARTA - Kenaikan suku bunga acuan menjadi 6% oleh Bank Indonesia dinilai akan menghambat daya beli masyarakat. Namun sejumlah pengembang properti telah menyiapkan strategi untuk mengatasi hal tersebut.
Managing Director PT Sri Pertiwi Sejati Group (SPS Group) Asmat Amin mengatakan kenaikan suku bunga oleh Bank Indonesia akan memberatkan bisnis properti, khususnya untuk yang berada di segmen mengengah dan menengah ke atas.
"Pasar di atas Rp500 juta berat, di atas Rp1 miliar semakin berat lagi. Namun saya rasa pasar yang di bawah Rp500 juta masih oke," kata Asmat, belum lama ini.
Dia menilai kebijakan dari pemerintah tepat untuk menaikkan suku bunga karena jika tidak dinaikkan, maka nilai dolar akan semakin tinggi.
Dia mengatakan pengembang memiliki strategi tersendiri menghadapi kenaikan suku bunga, misalnya dengan memperpanjang jangka waktu cash installment dan memberikan subsidi kepada konsumen.
"Strateginya di installment saja, paymentnya di range, misalnya cash bertahap, subsidi bunga oleh developer, yah kurangin untung sedikit tidak apa-apa lah," jelas Asmat.
Baca Juga
Selain itu, menurutnya, pengembang bisa mengatur ke kondisi awal jika suku bunga turun. Jika pengembang memberikan subsidi pada tahun pertama dan kedua, maka setelah tahun kedua ketika suku bunga turun.
"Saya rasa masih bisa disikapi karena memang tidak ada pilihan. Jika tidak dinaikkan kita bsia habis digebukin dolar, efeknya akan semakin besar.”
Sementara itu, menurut Adrianto P. Adhi, President Director Summarecon, belum semua bank menaikkan suku bunga. Jika ada bank yang menaikkan, masih berada di angka yang tidak terlalu berat karena dampaknya akan mempengaruhi daya beli properti.
"Sebenarnya ada beberapa bank yang langsung menaikkan 2%, contohnya Bank CIMB. Memang BI sedang berada di satu titik yang susah. Ketika berada di kondisi seperti ini, dia harus menaikkan suku bunga acuannya,"
Dia mengatakan perbankan juga akan mengalami kondisi yang berat jika tidak menaikkan suku bunga.
Mengatasi hal tersebut, dia menjelaskan Summarecon sebagai developer properti suka merancang program yang memudahkan masyarakat ketika menghadapi kemampuan daya beli menurun akibat kenaikan suku bunga, seperti mengadakan promo bersama dengan pihak perbankan.
Selain itu, Direktur Pakuwon Jati Ivy Wong mengatakan kenaikan suku bunga akan berdampak kepada pembeli dengan cicilan di atas Rp10 juta, sementara untuk di bawah nilai itu masih kurang berpengaruh.
"Kita lihat history-nya, meskipun dengan suku bunga yang sekarang, penjualan properti masih rendah dibandingkan dengan beberapa tahun yang lalu," papar ivy, belum lama ini.
Dia mengatakan kenaikan suku bunga bisa ditutupi dengan strategi memberikan tenor yang lebih panjang karena dia menilai kenaikan suku bunga juga dapat bersifat sementara.
"Sekarang tenor juga sudah panjang seharusnya membeli properti juga sudah mudah. Menurut saya, penetrasi KPR di Indonesia masih sangat rendah, masyarakat masih belum banyak yang menggunakan KPR. Jadi, dengan harga sekarang 7% hingga 8% masih relatif rendah," tambah dia.