Bisnis.com, JAKARTA - Sektor properti sepanjang 2018 tampaknya masih menghadapi kelesuan.Namun, akal dan strategi pengembang untuk menghadapi berbagai tantangan tidak pernah habis untuk bertahan hidup dan mempertahankan eksistensi bisnisnya.
Direktur Utama PT Wika Realty Tbk Agung Salladin mengatakan kenaikan suku bunga acuan menjadi 6% oleh Bank Indonesia tidak mempengaruhi tingkat penjualan unit karena pihaknya telah melakukan strategi tertentu untuk terus menimbulkan motivasi membeli properti dari konsumen.
Agung mengaku telah melakukan kerjasama dengan bank tertentu untuk memberikan kemudahan pembayaran bagi konsumen. Salah satunya dengan memberikan subsidi bunga kepada konsumen yang akan dibayar setelah dua tahun memasuki masa cicilan.
"Kami ada kerjasama dengan bank tertentu terkait pembiayaan, kami juga ada spare subsidi bunga dan beberapa bank pun juga telah menerapkan bayar bunga dulu kemudian baru akad kredit," ujar Agung usai konferensi pers peluncuran Tamansari Skyhive Apartment di Jakarta, Minggu (25/11/2018).
Selain itu, Agung menjelaskan perbankan juga banyak memberikan berbagai program pembiayaan yang kompetitif dan menarik seperti pembayaran uang muka 0% hingga 5%, dan besaran cicilan suka-suka oleh konsumen.
Dengan menggunakan skema-skema tersebut, ia menyebutkan dapat menarik konsumen untuk membeli sehingga transaksi jual beli tetap ada meski tak sebesar pada 2013 silam.
Baca Juga
Berdasarkan catatan Bisnis, Bank Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 6 kali sejak Januari hingga November 2018, atau naik sebanyak 175 basis poin. Saat ini, suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate menjadi 6%.
Sementara itu, Ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) DKI Jakarta Amran Nukman mengatakan kenaikan suku bunga acuan diprediksi akan menghambat konsumen untuk berinvestasi dan membeli properti.
"Kami maklumi dengan adanya kenaikan suku bunga ini tetapi dengan satu sisi pemerintah harus punya kebijakan lain untuk mempertahankan sisi lainnya, dari sisi properti kenaikan suku bunga akan menghambat konsumen membeli karena cicilan akan menjadi lebih besar," ujar Amran, belum lama ini.
Ia berharap dalam waktu dekat tidak akan ada lagi kenaikan suku bunga yang lebih tinggi yang akan semakin memperberat kondisi properti untuk kembali bangkit.
Ketua Umum DPP REI Soelaeman Soemawinata mengatakan sangat mengapresiasi segala bentuk relaksasi yang telah diberikan oleh pemerintah untuk membantu menaikkan pertumbuhan sektor properti, hanya ia mengatakan relaksasi yang diberikan seharusnya dilakukan serentak pada segala sisi dari properti.
"Relaksasi itu harus serentak di sektor-sektor yang mempengaruhi industri properti, ada tata ruang, pertanahan, perizinan, perpajakan, pembiayaan, dan infrastruktur, itu harus bisa direlaksasi serentak tidak bisa salah satu maju duluan sedangkan yang lain menghambat," ujar Eman sapaan akrab Soelaeman.
Relaksasi yang dilakukan secara serentak tersebut, lanjut Eman, akan mempengaruhi psikologis atau sentimen konsumen sehingga diharapkan akan mendorong konsumen untuk melakukan pembelian properti.
"Kalau dari segi dorongan psikologisnya lesu, semua akan lesu," papar Eman.