Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Produk Fastener Lesu

Permintaan produk-produk seperti baut, sekrup hingga paku pada semester II/2018 ini lebih rendah dibandingkan dengan paruh pertama tahun ini.
Pekerja mengencangkan baut jembatan Mojo, Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, Kamis (2/11/20170./JIBI-M. Ferri Setiawan
Pekerja mengencangkan baut jembatan Mojo, Semanggi, Pasar Kliwon, Solo, Kamis (2/11/20170./JIBI-M. Ferri Setiawan

Bisnis.com, JAKARTA—Permintaan produk-produk seperti baut, sekrup hingga paku pada semester II/2018 ini lebih rendah dibandingkan dengan paruh pertama tahun ini.

Rahman Tamin, Ketua Asosiasi Fastener Indonesia (AFI), menuturkan permintaan produk fastener sangat bergantung pada daya beli masyarakat. Dalam 6 bulan pertama tahun ini, permintaan tidak tumbuh terlalu signifikan. Pelemahan ini diperkirakan akan berlanjut pada semester II ini karena tidak ada faktor pendorong.

“Apalagi pertumbuhan bisnis di semester II akan sangat berpengaruh oleh perkembangan politik. Dengan kondisi daya beli yang lemah, ekspektasi terhadap pertumbuhan tidak terlalu tinggi,” kata Rahman, Rabu (20/6/2018).

Pada saat yang sama, industri mengalami tekanan karena nilai tukar yang tidak stabil dan cenderung melemah. Akibatnya harga bahan baku yang berasal dari impor ikut terdongkrak naik. Produsen sendiri tidak serta merta dapat menaikkan harga barang.

“Kinerja semester satu mungkin lebih baik. Pada semester dua ini mulai masuk ke pilkada serentak dan tahun politik yang membuat konsumen lebih menahan diri,” katanya.

Saat ini anggota asosiasi fastener mencapai 15 perusahaan. Para produsen ini mampu memproduksi 200.000 ton per tahun produk fastener. Pada 2018, produksi akan didorong ke level 300.000 ton per tahun. 

Untuk itu, Rahman berharap pemerintah mempercepat belanja infrastruktur yang pembiayaannya berasal dari anggaran pendapatan belanja negara (APBN) ataupun anggaran pendapatan belanja daerah (APBD). 

“Peluang yang terbuka adalah infrastruktur yang gencar dibangun pemerintah dan yang akan selesai dapat mendorong pertumbuhan di daerah. Ini akan memberi kontribusi terhadap permintaan pasar,” katanya.

Sementara itu dalam kesempatan terpisah, Harjanto, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian (Ilmate Kemenperin) menuturkan hingga triwulan I/2018 sektor logam tumbuh cukup baik. Setelah mengalami tekanan dalam beberapa tahun lalu, saat ini tumbuh hampir 10%. 

"Triwulan I/2018 tumbuh hampir 10%, sekitar 9 koma sekian sedangkan sektor otomotif tumbuh 6%. Ini capaian bagus. Pertumbuhan didorong proyek konstruksi," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anggara Pernando
Editor : Ratna Ariyanti

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper