Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kemenperin : Waspadai Baja Vietnam

Pasar baja domestik terkena gempuran impor Vietnam. Kementerian Perindustrian mempersiapkan cara untuk menangkalnya.
Pekerja mengelas kawat tiang pondasi proyek double-double track (DDT) atau rel ganda Paket A Manggarai-Jatinegara, Jakarta, Jumat (21/)./Antara-Angga Budhiyanto
Pekerja mengelas kawat tiang pondasi proyek double-double track (DDT) atau rel ganda Paket A Manggarai-Jatinegara, Jakarta, Jumat (21/)./Antara-Angga Budhiyanto

Bisnis.com, JAKARTA -- Pasar baja domestik terkena gempuran impor Vietnam. Kementerian Perindustrian mempersiapkan cara untuk menangkalnya.

I Gusti Putu Suryawirawan Dirjen, Industri, Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian (Kemenperin)  menuturkan, pihaknya  kaget dengan impor baja empat bulan terakhir dari Vietnam.

"Saat ini belum bisa di-publish untuk volume impor Vietnam secara pastinya karena mau mencocokan dulu dengan data dari BPS," ujarnya saat konferensi pers pada Jumat (26/5/2017).

Saat ini impor baja paling tinggi ke Indonesia berasal dari China, Vietnam, dan Jepang. Khusus untuk Vietnam, angka produksinya mencapai dua kali lipat dari kebutuhan nasionalnya. Saat ini volume baja Vietnam sampai pada 2,5 juta ton per tahun sedangkan nilai produksinya mencapai 5 juta ton per tahun.

"Over supply ini yang mesti diwaspadai oleh Indonesia, karena Vietnam termasuk dalam anggota Asean, sehingga bisa lebih leluasa untuk sampai ke pasar domestik," katanya.

Dijelaskan, saat ini akan dipersiapkan khusus regulasi anti-dumping dan safeguard demi mencegah berbagai impor baja. Namun, jangka waktu yang dibutuhkan terlalu lama yakni dua tahun untuk merampungkan regulasi ini.

"Jika harus menunggu dua tahun industri baja keburu masuk ke ICU. Dengan begitu harus ada monitoring impor secara ketat mulai dari saat ini," sebutnya.

Pertumbuhan kelompok industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (Ilmate) pada 2016 hanya sebesar 3,8%.

"Untuk pertumbuhan Ilmate tahun ini targetnya 4%-an," imbuhnya.

Pertumbuhan logam dan baja mesti digenjot, jangan sampai turun dikarenakan akan berpengaruh terhadap sektor lain pada Ilmate lainnya.

Putu menyebut, impor baja memang boleh, hanya saja jumlahnya tidak boleh terlalu banyak dan ikut dalam regulasi pajak yang sudah diterapkan. Pada 2016, Indonesia masih mengimpor 6 juta ton baja dari kebutuhan sebesar 14 juta ton baja mentah. Salah satu cara untuk menahan gempuran dari Vietnam dan China adalah melakukan pembangunan klater baja 10 juta ton di Cilegon yang akan tercapai pada 2025.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper