Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Suminto mengungkapkan pihaknya terus mengelola portofolio utang dengan baik di tengah pergerakan suku bunga dan nilai tukar rupiah yang sangat dinamis.
Suminto menjelaskan pembayaran bunga utang pemerintah tetap terjaga meskipun rupiah masih melemah di kisaran Rp16.200 per dolar Amerika Serikat (AS).
“Keseluruhan portofolio utang kita sebanyak 72% dalam local currency [rupiah], sehingga dampak dari pergerakan kurs dapat dikelola,” ungkapnya dalam konferensi pers APBN Kita edisi April, Jumat (26/4/2024).
Tercatat dari outstanding utang yang mencapai Rp8.319 triliun, sebesar 71,92% diantaranya dalam rupiah, sementara sisanya dalam bentuk valas atau mencakup 28,08%.
Dari sisi pergerakan suku bunga acuan, dari keseluruhan portofolio utang pemerintah di luar SKB dengan Bank Indonesia (BI), yang menggunakan floating rate hanya Rp9,7 triliun.
“Sehingga dampak belanja bunga atas portofolio eksisting atau outstanding utang yang terkait pergerakan suku bunga, masih pada level yang terkelola,” lanjut Suminto.
Baca Juga
Sementara dari sisi pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Suminto mengaku terus adaptif dan menjaga pergerakan agar tidak menyebabkan masalah terkait penerbitan surat utang.
Suminto bersama pihaknya terus memastikan agar langkah yang diambil tidak menyebabkan penerbitan utang melebihi daya serap pasar yang ada.
Posisi utang pemerintah tercatat berada di angka Rp8.319,2 triliun hingga 29 Februari 2024. Jumlah ini naik dari posisi akhir Januari, yang senilai Rp8.253,09 triliun atau bertambah Rp66,13 triliun dalam kurun waktu satu bulan.
Realisasi utang pemerintah ini setara dengan 39,06% produk domestik bruto (PDB) dan melanjutkan tren tertinggi sepanjang masa.