Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Keuangan (Kemenkeu), yang dipimpin Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan sepanjang Januari hingga Maret atau kuartal I/2024 terjadi arus keluar modal asing atau capital outflow di pasar Surat Berharga Negara (SBN) yang mencapai Rp48,21 triliun.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Suminto melaporkan aksi jual SBN tersebut terjadi akibat dinamika global, baik dari geopolitik serta kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang menahan suku bunga tinggi untuk waktu yang lebih lama atau higher for longer.
“Secara month-to-date [mtd] masih outflow Rp16,8 triliun namun dalam seminggu terakhir kita lihat sudah terjadi inflow,” ungkapnya dalam konferensi pers APBN Kita edisi April, Jumat (26/4/2024).
Alhasil, data terkini berbeda dengan ekspektasi pemerintah karena adanya pelemahan rupiah dan kenaikan yield SBN.
Di mana yield untuk SUN 10 Tahun bergerak ke rentang 7% hingga 7,1%, padahal sebelum Lebaran yang lalu berada di level 6,6%-6,7%. Suminto menilai kenaikan yield ini masih dalam posisi yang cukup stabil karena tidak disertai dengan volatilitas yang tinggi.
“Kenaikan yield kita juga sejalan dengan kenaikan suku bunga Bank Indonesia, yield 7%-7,1% tadi memberikan competitiveness kepada SBN kita, sehingga kita lihat dalam seminggu terakhir terjadi capital inflow,” lanjutnya.
Baca Juga
Suminto menyampaikan pada 25 April 2024, terdapat pembelian SBN dengan nilai Rp2,52 triliun, sementara pada 24 April terjadi beli SBN senilai Rp1,41 triliun.
Kemudian pada 23 April, tercatat inflow ke pasar SBN senilai Rp950 miliar, dan hari sebelumnya inflow senilai Rp110 miliar.
“Inflow yang sudah mulai masuk kami harapkan akan menstabilkan pasar SBN kita, pada saat bersamaan pasar yang lebih suportif diharapkan dapat menurunkan level yield,” jelasnya.
Lebih lanjut, Suminto mengatakan kondisi ini masih didukung oleh likuiditas pasar domestik yang cukup memadai untuk menyerap penerbitan utang pemerintah tersebut.
Pada dasarnya, Kemenkeu merencanakan penerbitan utang yang bersumber dari SBN dalam APBN 2024 senilai Rp666,4 triliun.
Jumlah tersebut meningkat hingga 115% dibandingkan dengan realisasi pada 2023 senilai Rp308 triliun. Adapun, jika penerbitan SBN 2024 naik 83,6 persen jika dibandingkan dengan outlook APBN tahun 2023 sebesar Rp362,93 triliun (year-on-year/yoy).