Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kesepakatan Dagang AS-Jepang Masih Sisakan Ketidakpastian

Kesepakatan dagang AS-Jepang dianggap kemenangan bersama, namun implementasinya menghadapi ketidakpastian tanpa dokumen resmi. Tarif mobil masih jadi isu utama.
Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba./Bloomberg-Kim Kyung-Hoon
Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba./Bloomberg-Kim Kyung-Hoon

Bisnis.com, JAKARTA — Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba mengklaim kesepakatan dagang yang dicapai dengan Amerika Serikat sebagai kemenangan bersama. Namun, Ishiba memperingatkan implementasinya bisa lebih sulit ketimbang proses negosiasi.

“Beberapa pihak mengatakan pelaksanaan kesepakatan dagang lebih sulit daripada mencapainya. Saya dengan rendah hati memohon dukungan Anda semua dalam hal ini,” ujar Ishiba saat menjawab pertanyaan di parlemen dikutip dari Bloomberg, Senin (4/8/2025).

Dalam sesi yang sama, Kepala Negosiator Dagang Jepang Ryosei Akazawa mengakui kritik terkait tidak adanya dokumen resmi dalam kesepakatan tersebut muncul belakangan ini. 

“Menurut saya, keberadaan dokumen tertulis akan sangat membantu,” katanya. 

Akazawa juga menambahkan kesepakatan dagang AS dengan Uni Eropa dan Korea Selatan juga tidak memiliki dokumen tertulis yang formal.

Pernyataan kedua pejabat tersebut menyoroti masih besarnya ketidakpastian atas serangkaian kesepakatan dagang global, meskipun tenggat waktu tarif impor baru telah berlalu pada 1 Agustus. 

Washington sepakat menetapkan tarif rata-rata sebesar 15% terhadap seluruh produk impor dari Jepang—lebih rendah dibandingkan ancaman sebelumnya sebesar 25%. Namun, nasib tarif mobil masih belum jelas.

Di bawah tekanan pasca kekalahan koalisi pemerintah dalam pemilu majelis tinggi bulan lalu, Ishiba bertekad tetap menjabat guna memastikan implementasi penuh dari kesepakatan dagang tersebut. 

Beberapa hari setelah pemilu, Ishiba secara mengejutkan berhasil mengamankan kesepakatan dagang yang memberikan hasil relatif lebih baik bagi Jepang dibandingkan negara-negara lain.

Tarif mobil, yang saat ini mencapai 27,5% termasuk tarif dasar 2,5%, telah menjadi pukulan telak bagi perekonomian Jepang. Industri otomotif merupakan penyumbang ekspor terbesar ke AS dan menyumbang sekitar 10% dari PDB nasional.

“Kita harus memfokuskan seluruh upaya untuk menurunkan tarif mobil, yang paling terkait langsung dengan kepentingan nasional kita, dan mendorong penerbitan perintah presiden [AS] untuk itu,” tegas Ishiba.

Dukungan terhadap kabinet Ishiba tercatat naik 4 poin persentase menjadi 36,8% dalam survei JNN akhir pekan lalu. Namun, dukungan terhadap Partai Demokrat Liberal (LDP) justru sedikit menurun menjadi 20,4%. 

Sementara itu, Partai Sanseito yang berhaluan kanan mengalami lonjakan dukungan sebesar 4 poin menjadi 10,2%, menjadikannya partai terpopuler kedua.

Saat ditanya mengenai waktu pelaksanaan subsidi untuk membantu rumah tangga menghadapi lonjakan biaya hidup, Ishiba menyebut kebijakan tersebut masih dalam pembahasan lintas partai.

Kekalahan dalam pemilu bulan lalu membuat koalisi pemerintahan kehilangan mayoritas di majelis tinggi, setelah sebelumnya juga kehilangan mayoritas di majelis rendah pada Oktober tahun lalu. Ini merupakan kali pertama dalam 70 tahun koalisi yang dipimpin LDP harus memerintah tanpa mayoritas di kedua kamar parlemen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro