Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan daya beli dan persaingan ketat dengan produk impor membuat kinerja penjualan produsen mesin cuci lokal tertekan sepanjang tahun lalu.
Wakil Sekretaris Jenderal Federasi Gabel, Yeane Lim mengatakan daya beli yang belum pulih membuat penjualan mesin cuci sepanjang 2016 masih jauh dari harapan produsen elektronik.
Kinerja penjualan produsen elektronik, lanjutnya, juga terganggu oleh arus barang impor yang masuk lewat penyelundupan atau lewat jalur resmi dengan harga yang terlalu murah.
“Biaya produksi yang semakin tinggi di dalam negeri membuat produk domestik sulit bersaing dengan barang impor yang masuk dengan deras dan tidak terbendung,” katanya kepada Bisnis.com, Senin (2/1/2017).
Dia masih optimistis penjualan mesin cuci bisa tumbuh pada 2017. Namun, Yeane menegaskan kondisi pasar elektronik dalam setahun ke depan akan sangat bergantung kepada kemampuan pemerintah menjaga kestabilan politik.
General Manager Product Planning PT Sharp Electronics Indonesia Herdiana mengatakan pertumbuhan penjualan mesin cuci pada 2016 belum sepesat pertumbuhan tahun-tahun sebelumnya yang selalu lebih dari 10%.
Dia memperkirakan kinerja penjualan mesin cuci terdampak oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan ketersediaan listrik di daerah luar pusat pertumbuhan tradisional.
Kondisi tersebut membuat pasar mesin cuci terkonsentrasi di kota-kota besar yang sebagian besar penduduknya sudah memiliki mesin cuci. Di sisi lain, penduduk di wilayah yang penetrasi produk mesin cuci masih rendah mengalami penurunan daya beli.
“Bahkan yang kami harapkan pada musim hujan trennya begitu-begitu saja padahal biasanya penjualan mesin cuci itu naik signfikan pada sekitar musim hujan,” kata Herdiana.