Bisnis.com, JAKARTA — Kelebihan pasok di pasar pengadaan PT PLN (Persero) mendorong PT Sintra Sinarindo Elektrik agresif merambah pasar transformator swasta.
Direktur PT Sintra Sinarindo Elektrik Purnawan Widjaja mengatakan pasar tranformator untuk kebutuhan jaringan distribusi PLN nyaris kelebihan pasok.
PLN setiap tahun membutuhkan sekitar 45.000 unit trafo setiap tahun. Pasar tersebut diperebutkan oleh 11 produsen trafo dalam negeri, termasuk tiga produsen besar yang mampu memproduksi 36.000 unit trafo per tahun.
“Sekarang ada 11 perusahaan yang main di pasar PLN. Ada 3 produsen besar dan sisa buat 8 produsen lain sekitar 9.000 unit. Pasarnya sudah oversupply,” kata Purnawan di acara konferensi pers seminar Enjiniring Transformator yang Efisien, Kamis (15/12/2016).
Pasar pengadaan PLN yang semakin sempit akibat kelebihan pasok membuat Sintra berusaha menggenjot penjualan di pasar swasta, terutama dari sektor properti.
Purnawan menjelaskan saat ini 70% dari penjualan Sintra adalah kepada PLN dan 30% sisanya terserap oleh pasar swasta.
Dia menargetkan kontribusi penjualan kepada swasta bisa naik menjadi 40% pada 2017 untuk mengurangi risiko yang timbul akibat ketergantungan terhadap permintaan PLN.
Saat ini, lanjutnya, nilai penjualan tahunan Sintra mencapai Rp600 miliar per tahun yang terdiri dari penjualan trafo power senilai Rp400 miliar dan trafo distribusi senilai Rp200 miliar.
“Kami mencari pasar lain. Properti adalah target pasar paling besar, semua gedung pasti pakai trafo. Kami juga berusaha mendorong pasar baru lewat trafo power berdaya besar,” kata Purnawan.
Sintra memproduksi trafo tegangan menengah dan tinggi di pabrik mereka di Newton Techno Park di Lippo Cikarang, Jawa Barat. Pabrik tersebut mampu memproduksi 12.000 unit trafo per tahun dengan kapasitas hingga 100 MVA pada tegangan 150 KV.
Purnawan mengatakan tingkat komponen dalam negeri trafo produksi Sintra sudah mencapai 47% dengan bahan baku impor dari Jepang, Korea Selatan, dan China.
Ketua Himpunan Ahli Elektro Indonesia (HAEI), Achmad Sutowo Sutopo, mengatakan pasar trafo di sektor properti sangat besar.
Dia menjelaskan pengelola properti bisa mengurangi biaya operasional lewat penggunaan dan pemasangan trafo yang tepat. Beberapa faktor yang menentukan kualitas trafo adalah panjang kumparan tembaga dan isolasi tegangan.
Trafo yang tepat bisa menekan daya listrik yang hilang akibat konversi listrik tegangan menengah dari jaringan distribusi PLN ke listrik tegangan rendah di jaringan gedung. “Ruginya bisa besar sekali jika daya yang sampai tinggal 80%. Seharusnya bisa ditekan serendah mungkin, jika bisa 99%,” kata Achmad.
HAEI adalah asosiasi penerbit sertifikat kompetensi ahli yang terakreditasi oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi. Asosiasi tersebut memiliki anggota sekitar 800 orang dan memiliki cabang di Sumatra Utara, Aceh, Batam, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Barat.