Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia National Shipowners Association (INSA) meminta peran lebih besar dalam mengangkut barang tujuan ekspor, terutama untuk komoditas minyak sawit atau CPO dan batu bara.
Ketua Umum INSA, Carmelita Hartoto, mengatakan selama ini angkutan komoditas ekspor didominasi kapal-kapal asing. Jumlah kapal yang mengangkut komoditas ekspor hanya 10% sedangkan sisanya diangkut kapal asing.
"Sekarang kami jadi jago kandang karena kurangnya kesempatan angkut barang-barang ekspor," ujarnya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Kamis (24/11/2016).
Berdasarkan data INSA, jumlah kapal dalam negeri hingga Mei 2016 mencapai 20.687 unit. Sementara itu, nilai ekspor Indonesia per September 2016 menurut Badan Pusat Statistik mencapai US$12,51 miliar.
Carmelita menuturkan persaingan antarperusahaan pelayaran di dalam negeri sangat ketat. Terlebih, pelayaran swasta kini tak hanya bersaing dengan sesama swasta, tapi juga berhadapan dengan anak usaha badan usaha milik negara (BUMN).
Dia mencontohkan PT Pertamina memiliki 217 armada kapal dari beragam jenis untuk angkutan minyak mentah maupun bahan bakar minyak. BUMN lain juga disebut punya anak usaha yang khusus menggarap bisnis angkutan dengan mengandalkan ceruk pasar dari induk.
Menurut Carmelita, persaingan itu tidak elok karena swasta bersaing dengan BUMN yang mendapat pendanaan dari APBN. "Kami swasta bayar pajak. Capex [capital expenditure] BUMN itu dari APBN. Lalu kita bersaing dengan mereka," keluhnya.