Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) mendapat dukungan dari Presiden Joko Widodo untuk mengembalikan kejayaan bisnis kehutanan nasional.
Ketua Umum APHI Sugiono mengatakan Presiden Jokowi menaruh perhatian besar terhadap industri kehutanan. Ketika pengusaha datang berkonsultasi, RI-1 mengarahkan pebisnis agar tidak lagi bertumpu pada hutan alam (hak pengusahaan hutan/HPH).
“Presiden minta agar menggeser orientasi dari hutan alam ke hutan tanaman industri,” katanya dalam seminar nasional bertajuk Membangun Optimisme Investasi Kehutanan di Tengah Perlambatan Ekonomi di Jakarta, Kamis (15/9/2016).
Selain itu, kata Sugiono, Presiden Jokowi juga mengarahkan APHI dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk menyusun Peta Jalan Pengembangan Industri Kehutanan Nasional.
Purnawirawan letnan jenderal TNI ini menilai sektor kehutanan membutuhkan terobosan eksternal dan internal agar tidak terus terperosok. Sugiono menyitir data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan kontribusi usaha kehutanan dari hulu hingga hilir hanya 2,2% dari total produk domestik bruto nasional (PDB).
Menurut dia, indikator penurunan kinerja sektor kehutanan a.l. banyaknya perusahaan HPH dan HTI yang tidak aktif sehingga target produksi tidak terpenuhi. Dia menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan penurunan itu adalah biaya transaksi yang menimbulkan ekonomi tinggi, resiko bisnis yang meningkat, hingga harga kayu dalam negeri yang rendah.
Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya memastikan pemerintah tidak akan melupakan pengembangan industri kehutanan. Dia mengaku mendapat perintah langsung dari Presiden Jokowi untuk menyusun Peta Jalan Pengembangan Industri Kehutanan Nasional.
“Peta jalan ini disusun KLHK dan APHI untuk membangkitkan kejayaan industri perkayuan di Indonesia,” katanya.
Dalam peta jalan itu, APHI memprediksi hingga 2025 investasi di sektor indutri kehutanan akan mencapai Rp1.778,33 triliun dan menyerap 9,34 juta tenaga kerja. Rinciannya Rp215,9 triliun untuk pembangunan HTI dan Rp1.562,4 triliun di sektor pengolahan.
Investasi di hilir seperti pengembangan dan operasional industri pulp dan kertas, kayu lapis, kayu pertukangan, bioenergi, dan mebel.