Bisnis.com, BANDUNG - Bank Indonesia mempertajam kajian maupun pengukuran terhadap daya saing daerah. Hal itu dilakukan dalam upaya pemerataan ekonomi sekaligus penggalian sumber-sumber pertumbuhan baru di daerah yang bisa menopang pertumbuhan ekonomi secara nasional.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hendar mengatakan pihaknya menjajaki berbagai kemungkinan sistem pengukuran daya saing daerah yang tidak hanya menghasilkan pemeringkatan daerah berdasarkan daya saingnya.
“Mungkin akan ada sistem klaster atau pengelompokan. Dan memang BI merasa penting dengan [pengukuran] itu, terutama dari sisi aspek kebijakan ketika kita menghadapi persoalan yang tantangan terbesar saat ini,” katanya, Selasa (6/9/2016).
Dia menjelaskan jika beberapa kabupaten/kota share industri terhadap produk domestik regional bruto (PDRB)-nya menurun, persoalan itu menjadi perhatian BI untuk mengangkat kembali kontribusi industri lokal.
“Bisa dikatakan pertumbuhan ekonomi kuartal II/2016 memang lebih tinggi dari kuartal I/2016, tetapi kalau kita lihat secara parsial, pertumbuhan itu lebih banyak di-drive oleh pertumbuhan ekonomi di daerah Sumatra dan Jawa,” ujarnya.
BI turut menyoroti pertumbuhan ekonomi yang negatif di sejumlah wilayah Indonesia Timur, termasuk Kalimantan, akibat terlalu bergantungnya daerah tersebut pada pertambangan sehingga perekonomiannya turut melambat saat harga komoditasnya jatuh.
Hendar menyatakan problematika itu tidak dapat dibiarkan meskipun secara stabilitas makro perekonomian nasional relatif telah terjaga dengan current account deficit dan tingkat inflasi yang masih berada dalam kisaran aman ketika tidak ada gejolak administered prices.
“Jadi saya kira sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru itu menjadi sangat penting. Mudah-mudahan dengan kita bisa menampilkan daya saing daerah, akan mengundang investor untuk masuk ke situ,” tuturnya.