Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti akan merilis data terbaru potensi lestari (maximum sustainable yield/MSY) perikanan Indonesia.
Peneliti Utama Balitbang Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Wudianto mengatakan idealnya potensi lestari dirilis tiap tahun. Dengan demikian, data tersebut menjadi acuan dalam pengalokasian sumber daya ikan dan jumlah tangkapan dari armada perikanan.
“Kalau tiap tahun dananya memang besar. Untuk sekali melaut (kapal peneliti) butuh Rp150 juta per hari. Bayangkan kalau seluruh wilayah laut Indonesia perlu berapa hari,” katanya usai Workshop Marine Ocean Wealth di Jakarta, Rabu (20/7/2016).
MSY Indonesia terakhir kali dirilis oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad pada Agustus 2011 lewat Kepmen No. 45/2011 tentang Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP-RI). Dalam beleid itu disebutkan MSY 11 WPP-RI sebanyak 6,52 juta ton.
“MSY baru diperkirakan 9,7 juta ton. Nanti itu akan dibuat kepmen sama Bu Menteri. Mungkin tiap 3 tahun sekali dievaluasi,” kata Wudianto.
Dalam Kepmen 45/2011, WPP-RI 711 yang meliputi Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut China Selatan merupakan perairan yang menyimpan potensi ikan terbesar yakni 1,06 juta ton atau 16% dari total MSY Indonesia.
Di posisi kedua bertenger WPP-RI 713 yang melingkupi a.l. Selat Makassar dan Laut Flores dengan estimasi MSY 0,93 juta ton. Selanjutnya adalah WPP-RI 718 yang terdiri dari Laut Arafura dengan stok lestari 0,85 juta ton.
Khusus WPP-RI 711, komoditas terbanyak adalah Ikan pelagis kecil seperti kembung dengan kandungan stok 621.500 ton. Komoditas lainnya adalah ikan demersal (334.000 ton) dan ikan pelagis besar seperti cakalang dan tongkol (66.100 ton).