Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Petambak Udang Windu Butuh Akses Pasar dan Pendampingan

Intervensi negara berupa penyediaan teknologi, pendampingan hingga akses pasar sangat dibutuhkan dalam mengembangkan udang windu, kata Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Abdul Halim kepada Antara di Jakarta, Kamis (10/3/2016).
Panen udang di satu tambak di di Kecamatan Dente Teladas, Kabupaten Tulang Bawang Lampung./ Bisnis-rustam agus
Panen udang di satu tambak di di Kecamatan Dente Teladas, Kabupaten Tulang Bawang Lampung./ Bisnis-rustam agus

Bisnis.com, JAKARTA - "Intervensi negara berupa penyediaan teknologi, pendampingan hingga akses pasar sangat dibutuhkan dalam mengembangkan udang windu," kata Sekretaris Jenderal Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) Abdul Halim kepada Antara di Jakarta, Kamis (10/3/2016).

Intervensi berupa insentif dari negara itu dibutuhkan khususnya dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) agar program pengembangan komoditas udang windu di berbagai daerah di Tanah Air benar-benar terrealisasi, katanya.

Menurut Abdul Halim, inisiatif KKP untuk mengembangkan udang windu sangat baik, hanya saja dibutuhkan intervensi seperti 'peta jalan' yang terstruktur tahap demi tahap.

Pendampingan tersebut, lanjutnya, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan, dan pemasaran dari komoditas sektor kelautan dan perikanan yang dimaksud.

"Apalagi di tingkat masyarakat pembudidaya udang, jenis vaname jauh lebih mudah dikultivasi ketimbang windu," katanya.

Ia memaparkan, untuk membesarkan udang windu, diperlukan jangka waktu 120-160 hari, sementara untuk udang vaname hanya dibutuhkan minimal 90 hari.

Selain itu, menurut Sekjen Kiara, dari sisi permodalan dan hasil panen, vaname lebih menjanjikan saat ini sehingga di sinilah tantangan keseriusan pemerintah.

Sebelumnya, KKP fokus mengembangkan komoditas udang windu dengan menerapkan prinsip pengelolaan budi daya perikanan berkelanjutan untuk memenuhi peluang pasar global yang masih terbuka lebar.

"Udang windu merupakan udang asli Indonesia yang harus tetap dikembangkan," kata Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, meski saat ini produksi udang windu masih kalah dengan udang vaname, pasar untuk udang windu masih terbuka lebar.

Peluang tersebut, lanjutnya, tetap perlu didukung dengan ketersediaan induk dan benih yang berkelanjutan.

Berdasarkan data KKP, kenaikan produksi udang windu selama kurun waktu lima tahun terakhir (2010-2014) mencapai 4,81 persen per tahun, dari 125.519 ton pada tahun 2010, menjadi 131.809 ton pada tahun 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : ANTARA
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper