Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Diramal Terlempar dari Daftar Pemain Top Pasar Perikanan Global

Indonesia diprediksi tak lagi menjadi pemain utama di pasar perikanan internasional, jika masih enggan menyiapkan aksi nyata untuk memperbaiki iklim usaha.
Ikan hasil tangkapan nelayan. /Antara
Ikan hasil tangkapan nelayan. /Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia diprediksi tak lagi menjadi pemain utama di pasar perikanan internasional, jika masih enggan menyiapkan aksi nyata untuk memperbaiki iklim usaha.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo mengungkapkan, tren pangsa Indonesia di pasar perikanan global terus melorot. Pada 2012, ekspor Indonesia nomor tujuh dunia dengan porsi sebesar US$3,85 miliar.

Tiga tahun berselang, atau pada 2015, posisi negeri ini melorot ke nomor 10 kendati terjadi peningkatan nilai ekspor menjadi US$4,5 miliar. Tahun lalu, nilai perdagangan perikanan global sudah menyentuh angka US$130 miliar.

“Tidak berlebihan kalau FAO (Badan Pangan Dunia) meramalkan pada 2024 nama Indonesia sudah tidak ada lagi. Apakah kita diam saja?” katanya dalam acara seminar bertajuk Akuakultur Indonesia di Era MEA: Penonton atau Pemain, di Jakarta, Kamis (25/2/2016).

Budhi menilai, pemerintah dan pelaku usaha harus bahu-membahu mencegah ramalan FAO menjadi nyata. Sebagai negara kelautan terbesar di dunia dan memiliki garis pantai terpanjang nomor dua, negeri ini seharusnya mendapat posisi lebih terhormat.

Menurutnya, Indonesia harus bertransformasi menjadi negara industri di sektor perikanan. Guna menuju ke sana dibutuhkan sejumlah prasyarat seperti jaminan bahan baku, modal, distribusi, tenaga kerja, dan ketersediaan pasar.

“Tapi masalah yang dialami industri nasional adalah kepastian bahan baku dan transportasi yang masih mahal,” ujar Dosen Universitas Ciputra, Surabaya, ini.

Fungsionaris Shrimp Club Indonesia (SCI) Budhi Santoso mengatakan Indonesia masih jadi pemain penting untuk beberapa komoditas seperti udang. Posisi itu dinilai bisa bertahan karena negara ini memiliki kondisi iklim yang mendukung untuk budi daya udang.

“Di China karena posisinya di atas ekuator, hanya bisa penen satu siklus per tahun. Kita bisa 2-2,5 kali,” ujarnya di tempat yang sama.

Indonesia kini menjadi penguasa pasar udang nomor dua di Amerika Serikat. Sepanjang Januari-November 2015 eksportir nasional mengirimkan 103.329 ton udang. Angka itu hanya di bawah India yang memasok 123.794 ton udang. Di bawah Indonesia adalah Ekuador (92.320 ton), Vietnam (73.151 ton), dan Thailand (64.430 ton).

Santoso mengatakan, India mendapatkan status itu berkat transformasi dalam industri akuakultur. Dahlu, para petambak di sana mengembangkan udang macan hitam (black tiger), tetapi selama beberapa tahun terakhir beralih ke udang vaname yang produktivitasnya lebih tinggi.

“Mereka juga terus menambah lahan tambak sehingga sekarang lebih luas dari Indonesia,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper