Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA DAGING: Tinggi Akibat Data di Berbagai Instasni Berbeda-Beda

Harga daging yang tinggi belakangan ini diakui akibat data yang berbeda-beda di sejumlah instansi.
Harga daging yang tinggi belakangan ini diakui akibat data yang berbeda-beda di sejumlah instansi./Bisnis
Harga daging yang tinggi belakangan ini diakui akibat data yang berbeda-beda di sejumlah instansi./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Harga daging yang tinggi belakangan ini diakui akibat data yang berbeda-beda di sejumlah instansi.

Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) optimistis peningkatan populasi sapi untuk mencapai target swasembada daging akan tercapai. "Swasembada daging yang dicita-citakan akan tercapai dengan cara melakukan berbagai usaha untuk peningkatan populasi sapi, karena pada saat itu harga ideal akan tercapai," kata Ketua Pelaksana Harian PISPI Yeka Hendra Fatika di Jakarta, Kamis (5/2/2016).

Harga daging yang tinggi belakangan ini, kata Yeka, merupakan akibat data yang berbeda-beda sejumlah instansi.  Seharusnya, ada data yang sama dan menjadi pijakan dalam membuat rencana pembangunan sektor ternak oleh pemerintah Indonesia.

"Namun sayang hal tersebut tidak dilakukan sehingga akibatnya kita terjebak oleh kebijakan yang tidak dilandasi dengan data yang akurat," ujarnya.

Dia mencontohkan, pengurangan impor sapi pada kuartal III 2015 yang direncanakan 200 ribu ekor menjadi 50 ribu ekor, sehingga mengerek peningkatan harga. "Lalu PMK 267 Tahun 2016 tentang penetapan PPN 10%  pada daging sapi yang menyebabkan harga makin melambung dan tetap tinggi kendati PMK itu dibatalkan," ujarnya.

Pada 2015, Yeka melanjutkan pemerintah telah berupaya mengendalikan harga daging dengan menyediakan kapal ternak, agar biaya logistik bisa ditekan.

"Namun sayangnya usaha yang bagus ini, ujungnya tetap tidak mampu mengoreksi harga daging, malah membuat tata niaga di NTT kacau karena dianggap tidak efisien," ujar dia.

Sementara itu, katanya, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang menduga kenaikan harga tersebut karena adanya permainan dari praktik kartel yang dilakukan pengusaha 'feedloter' dan telah diperkarakan juga berimbas tidak begitu baik.

"Setidaknya ada 32 'feedloter yang diperkarakan, namun harga masih tetap tinggi," ujarnya.

Kendati demikian, dia yakin swasembada daging dengan harga terjangkau akan tercapai namun dengan catatan semua kebijakan berdasarkan data akurat dan peningkatan populasi sapi menjadi suatu keniscayaan.

"Asalkan semua kebijakan dijalankan berdasarkan data akurat harga akan terjangkau, juga peningkatan populasi sapi peternak jadi suatu keniscayaan jika ingin swasembada daging tercapai," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper