Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Transportasi Darat: Publik Kian Mengidolakan Kereta Api

Tidak dapat dipungkiri angkutan kereta api kian menjadi idola masyarakat perkotaan hingga perdesaan. Pada umumnya, publik memilih moda kereta api karena selain cepat juga nyaman saat dalam perjalanan.
Kereta Api Senja Utama/Ilustrasi-id.wikipedia.org
Kereta Api Senja Utama/Ilustrasi-id.wikipedia.org

Bisnis.com, JAKARTA -- Tidak dapat dipungkiri angkutan kereta api kian menjadi idola masyarakat perkotaan hingga perdesaan. Pada umumnya, publik memilih moda kereta api karena selain cepat juga nyaman saat dalam perjalanan.

Mulai dari melewati pegunungan indah hingga bentangan sawah yang menyejukkan mata. Hijaunya hamparan tanah membuat kita terperangah ketika menoleh ke luar kaca kereta api.

Beberapa tahun silam kenikmatan itu sulit kita rasakan bila mudik. Setiap kali Lebaran satu dekade lalu, jumlah penumpang yang meningkat signifikan memaksa PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengoperasikan gerbong barang untuk penumpang.

Lambat laun pemandangan seperti itu tidak lagi kita lihat karena adanya aturan satu kursi satu penumpang. Ya, sekarang semua penumpang harus memiliki tiket KA resmi agar bisa duduk dengan nyaman.

Peningkatan kualitas layanan tersebut ternyata membuat KA semakin memikat orang. Tidak ada lagi keraguan mendalam terhadap kelayakan yang diterima dari merogoh kocek lebih untuk harga tiket tersebut. Memang ada kualitas ada harga, di mana pelayanan disesuaikan dengan uang yang telah kita keluarkan.

Layanan KA ekonomi yang dahulu dikatakan tidak manusiawi sekarang naik peringkat layaknya layanan KA bisnis pada masa lampau. Begitu pun adanya perubahan KA bisnis yang dinaikkan kelasnya menjadi KA kelas eksekutif.

Direktur Utama PT KAI Edi Sukmoro menyatakan memang bakal terjadi penurunan jumlah penumpang sebesar 4,1% dari 71 juta orang pada tahun lalu menjadi 68,15 juta orang pada 2015.

“Dulu untuk lokalan [KA lokal], capnya boleh [mengangkut] lebih dari 150%, sekarang maksimal hanya 150% dan ada penyesuaian tarif,” paparnya di Jakarta, Sabtu (26/12). Selain itu, dia menjelaskan penurunan itu dipicu ada revisi shifting class dari KA kelas bisnis menjadi KA kelas eksekutif.

“Ada shifting class , yang dari K2 [KA kelas bisnis] menjadi K1 [KA kelas eksekutif]. Kalau ekonomi ber-AC itu tarif memang disesuaikan karena kan sekarang one man one seat,” bebernya.

Walaupun jumlah penumpang turun, pendapatan dari penumpang meningkat hingga 8,2% dari Rp4,1 triliun pada 2014 menjadi Rp5 triliun hingga 24 Desember 2015. Peningkatan pendapatan itu juga disertai dengan adanya ketersediaan jumlah rangkaian sesuai grafik perjalanan kereta api (Gapeka) yang naik 9,6%.

“Kami kan menambah rangkaian kereta dari 143 rangkaian di 2014 menjadi 148 rangkaian di 2015. Jadi kurang lebih karena adanya itu pendapatan kami juga naik,” terangnya.

ANGKUTAN BARANG

Pada 2016, Edi menyatakan akan fokus meningkatkan volume angkutan barang yang diprediksi hingga akhir tahun tidak mengalami perubahan dari angka tahun lalu. Pada tahun lalu, volume angkutan barang PT KAI mencapai 30,7 juta ton.

“Saya kira volume barang masih bisa sama dengan 2014,” ujarnya. Selesainya pembangunan jalur ganda di Sumatra Selatan, membuat Edi optimistis akan terjadi lonjakan volume barang.

Namun, dia juga akan fokus angkutan barang di Pulau Jawa untuk mengurangi beban jalan raya. “Kami sudah persiapkan seluruh armada yang akan dipakai, kami pesan sekitar 1.600 gerbong untuk meningkatkan volume ini yang datang secara oleh PT Inka [Industri Kereta Api],” jelas Edi.

Dia menginginkan PT KAI ikut andil dalam membantu pemerintah untuk menekan biaya logistik sehingga harga barang tidak lagi mahal seperti saat ini.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Hermanto Dwiatmoko mengatakan jumlah penumpang KA kelas ekonomi yang mendapat subsidi memang terjadi penurunan. Namun, subsidi untuk penumpang kereta rel listrik (KRL) Jabodetabek justru dinaikkan cukup signifikan dari tahun sebelumnya.

“Sampai kuartal III turun 12%, tapi kalau sampai akhir tahun sepertinya secara umum naik walau tidak banyak karena hitungan itu belum termasuk penumpang KRL yang besar sekali mendapat subsidinya,” ungkapnya.

Pada tahun depan, Hermanto juga akan fokus dalam meningkatkan layanan KA barang. Sampai saat ini, volume angkutan barang menggunakan KA sudah terlihat naik tetapi belum signifikan seperti yang diinginkan karena kelemahan mengangkut barang dengan kereta tidak bisa dilakukan secara door to door.

“Apalagi ongkos bongkar muatnya yang mahal sekali. Seperti tarif Gede Bage-Jakarta [Stasiun Pasoso] angkut keretanya iya murah tapi masuk ke dalam lebih mahal dari jalan truknya itu sendiri,” tegasnya.

Dia tengah mendiskusikan hal itu agar biaya pengangkutan dengan KA bisa lebih murah dari pada dengan moda transportasi lainnya. “[Masalah] ini akan dicari jalan keluarnya seperti apa nanti. Apakah diberikan PSO [subsidi] untuk menarik dari jalan raya atau bagaimana contoh lainnya,” paparnya.

Jadi, mari terus berdoa agar pemerintah tetap menomorsatukan angkutan massal berbasis rel. []


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Atiqa Hanum
Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper