Bisnis.com, JAKARTA -- Menteri Perdagangan Rachmat Gobel mengatakan, sampai saat ini masih ditemukan banyak produk yang tidak sesuai dengan SNI atau menggunakan bahan-bahan berbahaya untuk konsumen.
“Sampai saat ini masih ditemukan mainan anak yang tidak sesuai SNI dan mengandung bahan kimia berbahaya, pakaian bekas eks-impor yang mengandung bakteri dan jamur yang mengganggu kesehatan konsumen, bakso yang dicampur daging babi hutan, es balok yang menggunakan air tidak layak, serta makanan dan minuman yang mengandung bahan berbahaya, seperti boraks, rodamin-B, formalin, dan sebagainya,” kata Rachmat, di Jakarta, Selasa (12/5).
Karena masih banyaknya peredaran barang-barang tersebut, Rachmat menghimbau konsumen untuk lebih kritis mengetahui kondisi barang, antara lain dengan memperhatikan label dan masa kadaluarsa.
Menurutnya, konsumen harus mulai menjadi subjek dalam perdagangan dan sadar atas pilihannya dalam membeli barang/ jasa. Selain itu, konsumen juga diharapkan mampu bertanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, dan lingkungan.
“Masyarakat harus mampu menolak produk yang tidak aman, seperti pada produk yang tidak ber-SNI, tidak menggunakan label dalam Bahasa Indonesia, serta minuman dan makanan yang menggunakan zat berbahaya, zat pengawet, dan zat pewarna nonpangan,” ujar Rachmat.
Adapun, untuk menjamin produk yang memenuhi aspek K3L yang tersedia di pasar, pemerintah akan memperketat implementasi pengaturan impor, distribusi, dan penyalahgunaan peruntukan bahan tambahan obat dan makanan (zat pengawet, pewarna nonpangan, dan sejenisnya) melalui Tim Terpadu bersama instansi teknis terkait, melakukan intensifikasi pengawasan barang beredar di pasar, baik untuk barang nonpangan, pangan olahan, maupun pangan segar.