Bisnis.com,SEMARANG— Dengan kekuatan brand Antimo yang dimiliki PT Phapros Tbk., perseroan menargetkan penjualan Antimo Herbal pada tahun pertama bisa menembus angka Rp8 miliar-Rp10 miliar.
Syamsul Huda, Direktur Marketing PT Phapros Tbk., mengatakan selain pertumbuhan rata-rata pasar produk herbal OTC terus meningkat, ada potensi pasar produk herbal kategori pereda masuk angin yang sangat besar yakni mencapai Rp2,5 triliun.
Kendati potensi pasarnya besar, paparnya, memasarkan produk herbal di tengah kebiasaan konsumsi masyarakat terhadap obat kimia tidaklah mudah. Dan tantangan bagi Phapros adalah bagaimana mengedukasi masyarakat bahwa Antimo Herbal ini tidak sama seperti Antimo tablet yang sudah ada sebelumnya.
“Dengan potensi itu, makanya kami target penjualan di tahun pertama bisa menembus Rp10 miliar,” papar Syamsul disela-sela peluncuran Antimo Herbal di Semarang, Kamis (7/5/2015) malam.
Dia menuturkan produk ini jelas beda dengan produk yang dimiliki kompetitor. Keunggulan Antimo Herbal yakni memiliki rasa mint yang diketahui setelah uji sampling. Selain itu, lanjutnya, produk ini aman dikonsumsi bagi masyarakat yang memiliki masalah lambung.
“Rasa mint inilah yang menjadi ciri khas produksi kami,” terangnya.
Sumber Alam
Pihaknya menyakini industri herbal akan terus bertumbuh karena Indonesia memiliki keunggulan yakni kekayaan sumber daya alam yang beragam, khususnya tanaman herbal.
Dia mengatakan Indonesia berpotensi menjadi tempat yang menjanjikan bagi pengembangan bisnis produk herbal. Seperti halnya produk herbal China yang mendunia, sejatinya produk herbal asal Indonesia juga dapat mengambil bagian dalam memenuhi kebutuhan akan produk herbal di dunia.
Selain meningkatkan nilai ekspor ke beberapa negara, ujarnya, pengembangan produk herbal ini penting dilakukan agar masyarakat memiliki pilihan untuk menggunakan produk herbal atau kimia.
Direktur Utama PT Phapros Tbk. Iswanto mengatakan perseroan berkomitmen mengembangkan produk herbal dengan kualitas terbaik. Guna merealisasikan rencana tersebut, PT Phapros akan melakukan kerjasama dengan pihak terkait seperti perguruan tinggi dengan tujuan menghasilkan produk herbal berkualitas.
“Kita masih memiliki beberapa produk herbal yang akan diluncurkan dengan menggandeng Universitas Gajah Mada Yogyakarta, seperti lowlipid (obat penurun kolesterol),” papar Iswanto.
Menurutnya, perseroan dari awal fokus menggarap pangsa herbal karena permintaan terus melonjak dari tahun ke tahun. Iswanto menyebutkan kinerja produk herbal over the counter (OTC) bertumbuh sebesar 14% pada 2014.