Bisnis.com, JAKARTA – Kendati volume ekspor produk perhiasan dan permata RI naik cukup tinggi, kinerja ekspor produk perhiasan emas cenderung mengalami stagnasi.
Pengamat industri perhiasan Leo Hadi Loe mengatakan kinerja ekspor perhiasan emas menurutnya tidak banyak berubah di volume 1–2 ton saja. Hal tersebut disebabkan karena harga emas masih cukup rendah dan perekonomian dunia masih menunjukkan pelemahan. Sehingga menurutnya, tidak ada alasan nilai ekspor perhiasan jenis tersebut meningkat tajam.
Menurut Leo, untuk meningkatkan kinerja ekspor baik dari segi volume maupun nilai ekspornya, pemerintah harus memberikan insentif kepada para pelaku usaha, seperti memberikan perpajakan yang menarik. Selain itu para pelaku usaha juga harus lebih didorong untuk melakukan pameran di luar negeri. Selama ini, pameran di luar negeri terbukti cukup efektif menyedot minat para pembeli.
Sementara itu, kondisi pasar dalam negeri pun masih belum menunjukkan penguatan yang berarti. Leo memprediksi, peningkatan permintaan pasar dalam negeri baru akan terjadi menjelang hari raya lebaran.
“Peningkatan pada masa lebaran, jika dibandingkan kondisi pasar saat ini yang sedang sepi, mungkn bisa naik tinggi sampai 50%-100%. Tapi kalau bulan depan permintaan sudah mulai membaik mungkin 20% itu sudah baik sekali,” ujarnya.
Direktur Pengembangan Pasar dan Informasi Ekspor Kementerian Perdagangan Ari Satria mengatakan tren ekspor perhiasan Indonesia dalam lima tahun terakhir sangat positif dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 26,87% dari segi nilai ekspornya.
Peningkatan nilai ekspor pada 2014 dibanding 2013 bahkan tergolong sangat tinggi hingga 69,94%. Kecenderungan tersebut terus berlanjut pada kuartal pertama 2015 yang mencapai US$1.975,4 juta atau naik 51,8% dibanding kuartal pertama 2014 yang mencapai US$1.301,7 juta.