Bisnis.com, JAKARTA - Setelah ekspor perhiasan pada Januari 2015 melesat tinggi hingga lebih dari 100% dibandingkan Januari 2014, kinerja ekspor produk tersebut terkoreksi parah pada Februari. Para pelaku usaha di sektor tersebut wajib mencari alternatif lain untuk tidak kembali mengalami penurunan pada Maret ini.
Ketua Asosiasi Produsen Perhiasan Indonesia (APPI) Leo Hadi Loe mengatakan cara yang bisa ditempuh adalah dengan mencari negara tujuan ekspor lain yang belum tergarap secara maksimal atau negara yang sama sekali belum pernah tersentuh produk perhiasan Indonesia.
Amerika Latin dan Afrika, menurutnya, bisa menjadi pilihan menarik, karena sejauh ini kedua pasar tersebut masih jarang digarap. Sementara itu negara lainnya seperti Korea Selatan, Jepang, Thaiwan, juga masih mempunyai peluang yang cukup besar.
Menurutnya, melemahnya permintaan pasar luar negeri membuat pelaku usaha perhiasan justru memilih menjual produk mereka di pasar dalam negeri. Hal ini juga dipicu penjualan di dalam negeri yang prosedurnya lebih mudah dan harga cenderung lebih menarik, meski secara kuantitas tidak sebanyak ketika ekspor.
Sayangnya, permintaan dari dalam negeri pun mengalami penurunan karena pelemahan rupiah terhadap dolar. Penetapan harga jual perhiasan, termasuk di dalam negeri, menggunakan acuan dolar, sehingga ketika rupiah melemah, harga perhiasan meningkat.
“Kebanyakan pembelian perhiasan masih ditujukan untuk investasi. Kecenderungannya, ketika dolar naik, masyarakat cenderung menjual,” katanya.
Meski pasar dalam negeri juga cukup lesu, kondisi tersebut masih lebih baik ketimbang penurunan permintaan dari pasar luar negeri. []