Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahan Baku Keramik Berbasis Silika Diperdalam

Kementerian Perindustrian hendak memperdalam pemanfaatan silika sebagai bahan penolong keramik.

Bisnis.com, JAKARTA— Kementerian Perindustrian hendak memperdalam pemanfaatan silika sebagai bahan penolong keramik.

Material tersebut tidak hanya diserap ke industri keramik tetapi juga ban dan kaca. Kementerian hendak membangun pilot plant bahan penolong berbasis silika ini.

Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Elisa Sinaga menjelaskan bahan baku yang terbanyak dipakai industri keramik adalah tanah liat merah (red clay) mencapai 80%, yang lain berupa tanah liat putih (white clay) sekitar 15%.

“Silika dipakai sangat sedikit, di bawah 5%,” katanya saat dihubungi Bisnis, Kamis (12/3/2015).

White clay hanya dipakai untuk keramik kualitas premium yang umumnya dijual ke pasar global. Di dalam negeri mayoritas yang beredar adalah keramik mutu menengah dan kelas bawah berbahan red clay.

Setiap meter persergi keramik membutuhkan bahan baku sebanyak 25 kilogram. Dengan kata lain untuk memproduksi 500 juta meter persegi diperlukan sekitar 12,5 ton tanah liat. Dari clay seberat 25 kg ketika diolah menjadi keramik bobotnya menyusut jadi 17 kg – 18 kg.

 “Impor bahan baku sekitar 14% sampai 15% dari kebutuhan. Sebetulnya bahan baku dari dalam negeri cukup, impor mungkin karena harganya lebih murah. Kami tidak bisa jawab secara pasti,” ujar Elisa.


Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menggarisbawahi sejumlah permasalahan dasar di industri keramik a.l. ketergantungan bahan baku impor padahal potensi domestik belum seluruhnya dimanfaatkan. Selain itu impor keramik juga tinggi walaupun diberlakukan SNI wajib, belum lagi ketidakpastian pasokan gas plus harganya mahal.

Dirjen Basis Industri Manufaktur Kemenperin Harjanto menyatakan pilot plant bahan penolong keramik berbasis silika masuk ke dalam quick wins Direktorat Jenderal BIM. Perindustrian memfasilitasi penyusunan studi kelayakan pabrik percontohan di Jawa Barat tersebut.

 “Dari APBN-P 2015 dialokasikan Rp1 miliar,” katanya. Adapun kebutuhan anggaran pada tahun ini sampai tahun depan sebesar Rp3 miliar.

Ruang lingkup supervisi Kemenperin mencakup indentifikasi potensi bahan baku dan penolong plus sumber energi; kajian kelayakan dari aspek sosial-ekonomi, teknologi, keuangan, dan lingkungan hidup; eksplorasi geologis dan pengujian bahan penolong berbasis silika; serta kajian aspek pemasaran industri keramik, ban, dan kaca.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dini Hariyanti
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper